Betapa
banyak umat islam yang saat ini hanya bermodalkan identitas dirinya saja
sebagai seorang muslim, akan tetapi jiwa dan raganya tak ubahnya hanya seperti
orang-orang yang tidak mengenal islam. Berhati-hatilah kita dengan kondisi
seperti ini. Fenomena “islam KTP” yang kita kenal selama ini memang menjadi
sebuah tanda-tanda perusak ummat islam menuju kejayaan seperti yang kita
impikan selama ini. Lalu apakah sebenarnya Islam KTP itu, dan bagaimana
seharusnya berislam itu, berikut uraiannya :
Islam
KTP
Dalam
Islam KTP, yang penting bagi seseorang bukanlah apa yang ada dalam hati dan fikirannya,
tetapi adalah pengakuan lahiriahnya, tidak peduli apakah ia memperlihatkan atau
tidak tanda-tanda asas keislaman yang dianutnya tersebut. Apabila seseorang mengakui
dengan lisan bahwa ia percaya kepada Allah, RasulNya, pada al-Qur'an, hari akhirat
dan rukun-rukun iman yang lain, lalu memenuhi syarat-syarat yang diperlukan yang
membuktikan pengakuannya itu, maka ia akan diterima dalam lingkungan Islam dan orang
lain akan berurusan dengannya sebagaimana halnya dengan seorang Muslim. Tetapi kondisi
seperti ini hanya terbatas pada kehidupan di dunia yang sementara ini saja, dan
dari sudut pandangan duniawi hal ini menyediakan dasar hukum dan budaya bagi terbentuknya
masyarakat Islam. Hasilnya hanyalah tidak lebih dari bahwa mereka yang dengan
lisan menyatakan pengakuan sebagai Muslim diterima dalam masyarakat Islam dan
diakui sebagai orang-orang Muslim. Tidak seorang pun dari mereka yang boleh disebut
kafir, setiap orang dari mereka haruslah diberi hak-hak hukum, moral dan
social seperti orang-orang lain, mereka boleh mengadakan hubungan perkawinan,
mereka berhak memperoleh warisan, dan hubungan-hubungan perundangan lainnya
yang biasa dijalankan oleh orang-orang Muslim. Kondisi seperti ini memang kita
layak dihargai dan diperlakukan seperti seorang muslim, akan tetapi
sesungguhnya di dalan jasad dan fikirannya belum tertanam prinsip-prinsip islam
secara kaffah.
Islam
Sebenarnya
Lalu
bagaimanakah islam yang sebenarnya, keselamatan dan penilaian terhadap seorang
Muslim dan Mukmin di akhirat, serta ia termasuk dalam kelompok hamba-hamba
Allah yang disukaiNya, adalah hal lain yang tidak bergantung kepada pengakuan
lisan, seperti disebut di atas tadi. Pengakuan yang sejati adalah pengakuan
yang disertai suatu peneguhan dalam hati dan diikuti dengan penyerahan diri
sepenuhnya kepada Allah dengan penuh keinginan. Pengakuan secara lisan di dunia
ini hanyalah diperuntukkan bagi Tokoh agama dan masyarakat pada umumnya, kerana
mereka hanya boleh melihat hal-hal yang lahiriah sahaja. Tetapi Allah melihat
ke dalam hati dan batin seseorang, dan menyentuh iman yang ada di dalamnya.
Kriteria yang dipakai Allah dalam menilai kedudukan seseorang adalah apakah
hidupnya, matinya, kesetiaannya, kepatuhan dan penghambaannya serta seluruh
hidup dan kerjanya ditujukan bagi Allah atau kepada yang lain? Bila semua itu diperuntukkan
bagi Allah semata, maka ia dinilai sebagai seorang Mukmin dan Muslim, dan bila
semua itu diperuntukkan bagi yang lain, maka ia bukanlah seorang Mukmin ataupun
Muslim. Barang siapa yang tidak memenuhi kriteria ini, bererti kurang imannya,
sejauh kekurangannya dalam memenuhi kriteria tersebut, tidak peduli apakah ia menempati
jajaran orang-orang Islam yang terkemuka di dunia ini (Ustadz atau Ulama) dan
mempunyai kedudukan setinggi apa pun. Menurut Allah, satu-satunya hal yang
dapat dinilai adalah apakah Kita telah memberikan segala yang Kita miliki pada
jalanNya. Bila Kita telah melakukannya, maka Kita akan memperolehi hak-hak
istimewa, yang diberikan kepada mereka yang setia kepadaNya, dan menerima hak
pahala bagi penghambaan Kita kepadaNya. Tetapi bila Kita tidak memperdulikan
apa pun juga dari penghambaan kepadaNya, maka pengakuan Kita sebagai seorang
Muslim yang berarti bahwa Kita telah mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah,
adalah pengakuan yang palsu yang hanya dapat mengelabui mata dunia dan
masyarakat Islam. Akan tetapi sekali-kali Kita tidak boleh menipu Allah.
Masyarakat Islam mungkin saja akan menerima Kita dan memberikan hak-hak kepada Kita
sebagai seorang Muslim di dunia ini, tetapi Allah tidak akan memberikan tempat
kepada Kita di antara kelompok hamba-hambaNya yang beriman.
Bila
Kita memikirkan perbedaan antara Islam KTP dan Islam yang sebenarnya seperti
yang telah diterangkan tadi, maka dengan
sendirinya Kita akan mengerti bahwa buah yang akan dihasilkan dari kedua macam
Islam itu akan sangat berbeda, baik dalam hidup di akhirat nanti maupun
di dunia ini.
Saudaraku
yang dirahmati Allah SWT, islam bukanlah keturnan yang apabila bapak atau ibu
kita islam, maka Kita juga Muslim. Bukan berarti bahwa pakaian kita muslim,
berjanggut, dan seluruh aktifitas yang kita lakukan secara lahiriyah nampak seperti
orang-orang muslim, tidak seperti itu. Jangan sampai bentuk fisik dan aspek
lahiriyah kita terlihat seperti muslim tetapi pada hakekatnya kita sama saja
seperti orang-orang kafir laknatullah yang tidak mendapatkan rahmat dari Allah
SWT, Naudzubillah..
Saudaraku,
yang membedakan kita dengan orang-orang kafir adalah pengetahuan kita dan
kataqwaan kita kepada Allah SWT. Betapa banyak umat muslim yang brsyahadat,
menyatakan pengakuannya bahwa Allah adalah satu-satunya tuhan yang berhak untuk
disembah dan Rasullulah adlah utusan Allah, tetapi pada implementasinya justru
banyak manyimpang dari ajaran dan syariat Allah SWT. Kita jangan merasa bangga
dan berpuas diri dengan label kita apakah kita sebagai aktifis dakwah, ataupu
ustadz sekalipun tetapi pengetahuan kita tentang islam masih rendah. Allah
tidak butuh label kita, yang Allah butuhkan adalah pengetahuan kita akan ilmu
yang disampaikanNya, panghambaan kita kepadaNya, kesungguhan dalam menjalankan
syariat dan ajaran RasulNya, serta keikhlasan hati kita dalam melakukan segala
aktifitas untuk meraih ridhoNya. Jangan sampai dengan minimnya pengetahuan kita
dan keengganan kita untuk menjalankan syariatNya membuat Allah mensejajarkan
kita dengan orang-orang kafir.
Semoga
Allah SWT senantiasa memberikan curahan rahmat dan perlindunganNya kepada
penulis dan Saudara-saudara sekalian. Wallahu’alam. (Ikh)
0 Responses to "Islam KTP Vs Islam Sebenarnya":
Posting Komentar