Mentoring never die (Surat Cinta Buat Pejuang Mentoring 11/12)

Posted on Senin, 29 Agustus 2011 by Ikhsan Nugraha


Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (Q.S Al-Maidah : 54)
Ketika mendengar kata mentoring, apa yang terpikir di benak kita? Tentunya kita sebagai para punggawa aktifis dakwah apalagi yang sudah berada di kampus pasti sudah tak asing lagi dengan kegiatan yang satu ini.. banyak hal yang bisa kita dapatkan dari kegiatan seperti ini, bukan hanya ilmu2 agama juga pengalaman2 dunia kampus serta sharing2 and many more lah..
Seperti yang telah kita pahami bersama, mentoring seringkali diibaratkan sumsum tulang belakang dari LDK, dimana mentoring lah yang menghasilkan dan mencetak darah baru atau kader baru. Jika sum sum tulang belakang seseorang baik, maka darah yang baik, akan diproduksi, akan tetapi jika sum sum tulang belakang seseorang rusak atau terkena virus, maka darah yang ber-virus atau berpenyakit pula yang akan diproduksi. Begitu pula dengan mentoring, jika dikelola dengan baik akan mampu mencetak kader yang baik, akan tetapi jika mentoring gagal dikelola maka akan menghasilkan kader yang buruk pula.
Oleh karena itu kawn, peran mentoring di kampus sangatlah besar demi menyupalai kader2 yang nantinya mampu berafiliasi terhadap islam. Ane jadi teringat pesan yang disampaikan oleh Pak Mendiknas kita, Prof. Muhammad Nuh, beliau berkata bahwa pendidikan sekarang berbasis Character Building yang menuntut bahwa setiap insane harus memiliki character atau kalau bahasa kita akhlak yang baik demi menunjang perbaikan bangsa kita tercinta ini. Sungguh logis, kenapa pak nuh mengatakan seperti itu, kenapa pendidikan tidak berbasis teknologi, pendidikan tidak berbasis seni, dll. Tetapi disini pendidikan berbasis character building, dan cukup beralasan Pak Nuh berkata seperti itu karena dengan ditunjang pribadi yang memikliki character yang baik maka akan menunjang kesemua itu. Dan Pak Nuh juga bilang bahwa kegiatan yang sangat sesuai dengan visi tersebut adalah kegiatan mentoring (Subhanallah).
Sempat dikatakan beliau bahwa kegiatan mentoring merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mentransformasi setiap individu dari yang semula kurang baik atau biasa saja menjadi insan kamil. Dan kampus merupakan medan yang tepat untuk kegiatan ini. Karena para mahasiswa yang mulai mengalami pendewasaan pola pikir dan mulai mencari jati diri, sangat sayang jika tidak kita arahkan mahasiswa ke arah yang lebih baik.
Ane masih ingat ketika dahulu meninggalkan samarinda ketika juli tahun 2008. Ketika itu masih, hangat2nya mahasiswa baru (maba) yang merasa sendiri, dan hanya orang tua dahulu yang senatiasa menemani. Tetapi itu masa lalu, yang masih memiliki pola pikir sempit, dan nuansa keSMAan masih sangat terasa. Tetapi ane menyadari sejak 3 tahun lalu dengan sampai saat ini banyak perubahan yang terjadi di dalam diri pribadi ane. Dan perubahan tersebut terjadi melalui mentoring yang banyak  mentransformasi pribadi ane sehingga terus dan terus menerus bisa memperbaiki diri.
Mentoring di ITS telah berjalan cukup lama. Sudah banyak perubahan2 yang terjadi selama perjalanan mentoring di ITS. Hal2 ini yang ane rasakan selama berada di kampus. Jika kita berbicara mengenai proses mentoring di ITS maka akan sangat kompleks. Banyak hal yang harus dibahas, Karena mentoring memiliki segudang kegiatan yang berfungsi memfasilitasi mahasiswa muslim di ITS dalam kegiatan2 agama islam di Kampus ini. Tetapi kawan, apakah kita puas dengan kegiatan2 itu saja?
Kawan, mengapa saya mentitikberatkan terhadap mentoring saat ini, karena mentoring merupakan ujung tombak proses perjalanan dakwah di ITS, sudah banyak orang2 yang merasakan dampak dari proses mentoring di kampus ini, tak kurang lebih dari 60 juta dana yang dianggarkan buat kegiatan ini. Kegiatan yang legal ditunjang dengan fasilitas2 yang memadai membuat kita semakin tersibukkan dengan event2 yang mungkin sama sekali kita tidak paham terkait esensinya.
Kawan, sudah saatnya kita berfikir lebih luas. Mentoring bukan hanya sekedar Badan Semi Otonom biasa, tetapi  lebih dari itu. Ada banyak harapan yang timbul di benak ini bahwa sudah saatnya mentoring menjadi perubah karakter bangsa. Kampus merupakan pusat pemikiran, dimana mahasiswa sebagai stakeholder yang mampu menciptakan suasana lebih baik buat bangsa ini.
Kawan, cobalah kita berfikir jauh lebih kedepan lagi. Jangan terlalu tersibukkan dengan evnt2, sudah banyak fasilitas yang kita berikan, sudah banyak dana yang kita keluarkan, tetapi yang terpenting adalah sudah berapa banyakkah kita berkontribusi buat umat ini, sudah berapa banyakkah kader2 yang mampu kita cetak demi tegaknya nilai2 islam di bumi ini,  itulah yang harus menjadi renungan kita bersama.
Kawan, saya mengatakan bahwa “Mentoring never Die”. Setiap orang dimanapun berada, kapanpun pasti butuh yang namanya mentoring. Selamat berjuang para punggawa BPM 11/12, prubahan ada di tangan antm/antuna semua. Mari kita ciptakan mentoring di kampus ini lebih bermakna, mari kita lakukan perubahan, demi terciptanya masyarakat kampus yang berakhlak, Kampus ITS madani, Indonesia Islami!
Allahu Akbar!!

0 Responses to "Mentoring never die (Surat Cinta Buat Pejuang Mentoring 11/12)":