Memburu Malam Kemuliaan
0 comments Filed Under: Kisah Ikhsan
QIYAMUL LAIL ADALAH SEKOLAH AKTIVIS ISLAM
0 comments Filed Under: Islam Kontemporer
Di balik Jendela
0 comments Filed Under: Siroh dan Kisah Inspiratif
Bagaimana Gaji Perusahaan Migas?
0 comments Filed Under: Pengetahuan Umum
"Jangan Mudah Percaya Kata-Kata Allah"
0 comments Filed Under: Islam Kontemporer
5 Hal Penyebab Dosa Kecil jadi Dosa Besar
0 comments Filed Under: Islam Kontemporer
Berhijab bukanlah Perhiasan
0 comments Filed Under: Islam Kontemporer
Semut dan Lalat
0 comments Filed Under: Siroh dan Kisah Inspiratif
Cinta yang Tersembunyi
0 comments Filed Under: Siroh dan Kisah Inspiratif
Menolong dari Pemerkosa
0 comments Filed Under: Siroh dan Kisah Inspiratif
5 Menit Saja
"Tuh.., itu putraku yang di situ," katanya, sambil menunjuk ke arah seorang anak kecil dalam T-shirt merah yang sedang meluncur turun dipelorotan.
mata ibu itu berbinar, bangga.
"Wah, bagus sekali bocah itu," kata bapak di sebelahnya.
"Lihat anak yangsedang main ayunan di bandulan pakai T-shirt biru itu? Dia anakku," sambungnya, memperkenalkan.
Lalu, sambil melihat arloji, ia memanggil putranya.
"Ayo Jack, gimana kalau kita sekarang pulang?"
0 comments Filed Under: Siroh dan Kisah Inspiratif
Korek
"Bu, saya yakin bahwa korek api ini sangat bagus kualitasnya, karena sudah saya coba menyalakan semua batang korek api ini, dan ternyata semuanya menyala..."
Hehehe...
Itulah akibatnya kalau kita melakukan segala sesuatu tanpa menggunakan prinsip dasar Statistika, yaitu 'sampling'.
Untuk memastikan bahwa sekota korek api berkualitas bagus tidak perlu mencoba menyalakan semua batang korek api, namun hanya cukup beberapa saja. Inilah yang dimaksud dengan sampling...
Yup, sampling sangatlah dibutuhkan di berbagai bidang kehidupan. Dalam membuat suatu kesimpulan dari suatu hal, kita tidak harus menggali seluruh informasi dari hal tersebut. Namun hanya memerlukan sedikit saja informasi yang telah dianggap mewakili seluruhnya sesuai dengan tingkat keragamannya...
Perlu diingat bahwa dalam melakukan sampling diperlukan suatu teknik khusus yang telah disediakan dalam ilmu statistik. Teknik Sampling tersebut dapat menjamin tingkat akurasi, validasi, keandalan, dan keterwakilan dari data yang diambil. Selain itu, teknik sampling juga memperhatikan tingkat efisiensi dari berbagai hal, misalnya dana, waktu, tingkat kesulitan, dan lain-lain...
0 comments Filed Under: Siroh dan Kisah Inspiratif
3 Karung Beras
Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.
Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas. Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah.
Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibuya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut. Dan kemudian berkata kepada ibunya: " Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah". Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata : "Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama yang akan bawa kesana".
Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya. Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh. Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya.
Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata : " Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran".
Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.
Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: "Masih dengan beras yang sama". Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : "Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna.
Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya".
Sang ibu sedikit takut dan berkata : "Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : "Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam- macam jenis beras". Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.
Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: "Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !".
Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: "Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis". Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.
Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: "Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi."
Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya. Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.
Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: "Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu." Sang ibu buru- buru menolak dan berkata: "Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini."
Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point.
Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.
Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah. Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata : "Inilah sang ibu dalam cerita tadi."
Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar.
Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata:
"Oh Mamaku..................
0 comments Filed Under: Siroh dan Kisah Inspiratif
Sedikit Pekenalan Singkat Ikhsan Nugraha
Nama saya Ikhsan Nugraha, saya dilahirkan di sebuah kota yang berada di Kalimantan Timur yang bernama Samarinda pada tanggal 27 November 1991. Saya anak pertama dari 2 bersaudara. Sekarang saya di Samarinda bertempat tinggal di Jalan Samratulangi no. 8 Samarinda Seberang. Bapak saya bekerja sebagai dosen di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda sedangkan Ibu saya adalah seorang Ibu Rumah Tangga dan Wiraswasta.
Berikut adalah riwayat akademik dari Ikhsan Nugraha :
1995-1997 : TK Kemala Bhayangkari Samarinda
1997-2003 : SDN 023 Meranti Samarinda
2003-2006 : SMPN 10 Samarinda
2006-2008 : SMAN 1 Samarinda
2008-Sekarang : T. Elektro, FTI ITS Surabaya
Berikut adalah riwayat organisasi Ikhsan Nugraha :
2003-2005 : Pramuka
2009-2010 : Staff Departemen Ristek Himatektro ITS
2009-2010 : Staff Departemen Syiar Islam Kalam T. Elektro ITS
2009-2010 : Ketua Divisi Syiar Kampus JMMI ITS
2010-2011 : Ketua LDJ Kalam T. Elektro ITS
2011-2012 : Ketua Umum LDK JMMI ITS
2012-2013 : Kutua DPP JMMI ITS
Aktifitas yang dijalani sekarang adalah freelance dan Supervisor at Mahad Ukuwah Islamiyah Surabaya
0 comments Filed Under: Kisah Ikhsan
Contact Person
Contact Person Ikhsan yang bisa dihubungi :
No HP : 085246837416/085732769070
Email : nugraha.ikhsan@yahoo.co.id
Facebook : Ikhsan Nugraha
Blog : icannugraha.blogspot.com
0 comments Filed Under: