Memaafkan, Derajat Kemuliaan Diri

Posted on Senin, 12 September 2011 by Ikhsan Nugraha

Kawan, ingatkah kisah saat Rasulullah menolak bantuan yang ditawarkan malaikat Jibril untuk menimpakan gunung kepada masyarakat Thaif yang telah menghina Rasulullah dan para sahabat? Kala itu, Rasul membalas perlakuan masyarakat Thaif dengan memaafkan mereka. Sebuah sikap bijak yang menjadi salah satu bukti betapa Rasulullah sangat pemaaf. Kisah lain yang menunjukkan kemuliaan Rasulul dalam hal memaafkan adalah saat beliau menjadi orang pertama yang menjenguk seorang Quraisy kala sakit, meski sebelumnya tak bosan-bosannya meludahi Rasulullah setiap hari. Sungguh Allah-lah yang mampu memelihara hati sedemikian suci, jiwa sebegitu besar.
Memaafkan, menjadi sudah menjadi kata yang yang mudah diucapkan, namun teramat sulit untuk dilakukan. Saya pernah merasa tersakiti karena candaan yang dilontarkan seorang teman. Sakit hati yang menyebabkan saya sulit berkonsentrasi. Berhari-hari, bahkan bisa dibilang bermingu-minggu, rasa itu masih sulit hilang juga.  Sulit sekali rasanya untuk memaafkan, meskipun memaafkan menjadi jalan untuk melupakan yang sudah terjadi, mengambil pelajaran dan hikmahnya, juga menjalankan kehidupan saya sebagaimana mestinya. 

Duhai Para Suami..

Posted on by Ikhsan Nugraha

"Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik terhadap istri, dan aku adalah orang yang paling baik diantara sekalian terhadap istri" (At-Turmudzi)
Suatu hari, dalam perjalanan pulang ke rumah. Disela-sela kemacetan, saya melihat dengan jelas,seorang lelaki dengan kasar menyuruh perempuan yang sedang diboncengnya untuk turun dari motor. Tampak sekali perempuan itu ketakutan. Air matanya bercucuran, dengan gemetar hati-hati dia turun. Rupanya yang menyebabkan lelaki itu kalap adalah tangisan rewel sang bayi yang sedang digendong. Setelah menumpahkan sumpah serapah pada perempuan tak berdaya itu, dengan seenaknya dia pergi.
Tinggallah perempuan itu kebingungan, menggendong bayi mungil yang menangis tak kunjung berhenti. Dua ibu dalam angkot yang sedang saya naiki, spontan turun. "Sabar ya dek, biarin aja si keparat itu pergi" dengus si ibu berbaju biru. "Adek mau kemana? Sekarang adik pulang, kasihan anaknya nangis terus" kali ini ibu yang berbaju hitam bertanya. Perempuan itu gemetar, kelu lidahnya berujar "Ibu, boleh saya pinjam uang 500 untuk ongkos. Suami saya pergi begitu saja tanpa memberi uang". Ibu-ibu tadi spontan membuka tas dan memberinya uang. Dan air mata itu, melimpahi kami rasa kasihan.
Hari lain, dalam bis yang mengantarkan saya ke kampung halaman. Di sebelah saya duduk perempuan sederhana, berpakaian sangat sederhana tanpa bawaan yang berarti, hanya mengepit tas kresek berwarna hitam. Tapi yang tidak sederhana, sejak duduk tadi lirih mulutnya berucap "Laa hawlaa Walaa Quwwata Illa billah". Dalam kesempatan selanjutnya saya mengetahui ia sudah berkeluarga dan mempunyai beberapa anak. Suaminya menganggur, dan ia yang menanggung beban nafkah untuk keluarga dengan menjadi buruh kasar di pasar kebayoran.
Tapi bukan itu yang membuat dia kurus kering dan sakit-sakitan. Perilaku kasar suaminya yang sering menganiaya dan melecehkannyalah yang membuatnya sangat tersiksa. Tanpa risih dia memperlihatkan telapak tangannya yang melepuh akibat banyak sundutan rokok. "Masya Allah, ibu" refleks saya menutup mulut dengan tangan kanan. Dia tertunduk, dan air mata itu, tertumpah begitu mudah.
"Mbak, saya ditinggalin suami pas hamil 7 bulan". Dia mulai bercerita. "Suami saya tertarik wanita lain yang lebih cantik," tambahnya tanpa beban. Kini giliran saya memandangnya lekat, seorang perempuan muda yang tegar, hati saya membatin. Saya mengenalnya baru beberapa bulan. Selama itu saya mengagumi pergulatan hidupnya. Perempuan yang kuat, buktinya sekarang dia membesarkan anak laki-lakinya yang berusia hampir setahun seorang diri. Dia bekerja keras meski dengan pekerjaan yang tidak sebanding dengan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan si kecil.

"Kalau tidak ada anak ini, entahlah saya mungkin sudah tinggal nama, mati bunuh diri," tambahnya.
Saya kagum dengan ketegarannya, tapi ternyata dugaan saya salah, beberapa menit kemudian ia terisak kecil selanjutnya tersedu-sedu. Dan air mata itu, menganak sungai dipipinya yang tak pernah terlihat dipoles bedak.
Saya meyakini masih banyak fenomena tidak manusiawi yang dilakukan para suami terhadap istri. Lihat saja berita-berita di media massa, itu baru yang terekspos. Padahal yang tidak muncul ke khalayak ramai pasti lebih banyak lagi. Perlakuan tidak wajar bahkan kekerasan suami terhadap istri bisa dikatakan persoalan internal rumah tangga. Sebuah aib, sehingga sang istri harus memaksakan diri menelan bulat-bulat pil pahit perlakuan suaminya. Saya pernah melihat seorang ibu yang pura-pura bilang baru jatuh dari kamar mandi hingga memar cukup serius di muka tirusnya, padahal banyak orang tahu dia baru saja dihajar sang suami tercinta.
Apa yang menyebabkan suami begitu tega terhadap istrinya? Menurut saya, suami yang demikian tidaklah gentle, karena ia berani hanya pada seorang perempuan. Perempuan yang seharusnya ia lindungi. Perempuan yang seharusnya mendapatkan perlakuan yang baik karena telah begitu banyak berjasa. Istri adalah perempuan yang mengandung anaknya dengan susah payah dalam hitungan waktu yang tidak sebentar, setelah itu mempertaruhkan nyawa untuk proses melahirkan. Istrinya yang menyediakan makanan untuk seluruh keluarga, bahkan mungkin menyediakan telinga untuk menjadi pendengar yang baik, menyediakan stock kata-kata yang menghibur ketika suami mendapatkan masalah, bahkan mungkin solusi. Apakah ada alasan setelah istri berbuat yang terbaik untuk keluarganya mendapatkan perlakuan yang sewenang-wenang?

Kepada para suami, ingatlah istri adalah sesuatu yang istimewa. Sayangilah ia, karena ia adalah penyejuk mata, pembangun rumah tangga yang menjelma surga. Bimbinglah istri dengan lemah lembut, karena ia dicipta dengan banyak anugerah mulia. Jangan pernah mencampakkan istri, untuk kondisi apapun, karena ia adalah ibu dari anak-anak yang kau bina secara bersama. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, jangan pernah meruntuhkan madrasah pembentuk karakter bangsa.
Sayangi ia, karena ibumu juga istri dari suami yang menyayangi. Tersenyumlah untuk segala hal yang ia persembahkan kepadamu. Berjanjilah untuk tidak membuatnya mengeluarkan air mata-air mata kedukaan. Tirulah Rasulullah yang selalu berbuat baik kepada para istrinya. Dalam hadistnya beliau menekankan "Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik terhadap istri, dan aku adalah orang yang paling baik diantara sekalian terhadap istri" (At-Turmudzi), Bahkan beliau pernah bersabda: "Barang siapa yang menggembirakan seorang wanita (istri), seakan-akan menangis karena takut kepada Allah. Barangsiapa menangis karena takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka". 
(Eramuslim.com)

Istiqomah

Posted on Selasa, 06 September 2011 by Ikhsan Nugraha

Bersabda Rasulullah saw. yang artinya, "Amalan-amalan yang paling disukai Allah ialah yang lestari meskipun sedikit."  (HR Bukari).
Istikamah (istiqamah) menurut istilah bahasa ialah konsisten. Istikamah artinya teguh hati untuk mencintai dan beribadah kepada Allah, tidak menoleh dari-Nya ke kiri atau ke kanan. Istikamah merupakan kata yang mengandung banyak makna, meliputi berbagai sisi agama, yaitu berdiri di hadapan Allah secara hakiki dan memenuhi janji. Istikamah berkaitan dengan perkataan, perbuatan, keadaan, dan niat.
Rasulullah saw. memerintahkan kepada kita agar mencapai istikamah, yaitu jalan yang lurus dan niat yang benar dalam perkataan dan perbuatan. Isitikamah dalam beribadah jika dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari akan mendapatkan manfaat yang banyak. Tetapi, untuk mencapai istikamah, kita perlu berjuang dan membiasakan diri dalam beribadah. Melalui perjuangan membiasakan diri dalam beribadah itulah, nanti lama-lama kita dapat mencapai tingkat istikamah. Seseorang yang di dalam kesehariannya tidak ada upaya untuk membiasakan diri dalam melakukan ibadah, maka tidak akan menemui apa yang disebut istikamah.

Untuk menuju ibadah yang istikamah, kita perlu mempraktikannya sedikit demi sedikit. Kita laksanakan ibadah yang wajib dengan tertib. Setelah itu kita tingkatkan lagi dengan melaksanakan ibadah yang wajib tepat pada waktunya. Untuk mencapai kestabilan dalam mempertahankan ibadah wajib ini, kita juga perlu perjuangan dan perlu membiasakan. Tidak bisa seseorang itu langsung sempurna dalam istikamahnya, apalagi orang yang baru melaksanakan syariat. Setelah itu, jika sudah mampu merutinkan beribadah wajib dengan disiplin dan tepat waktu, kita perlu meningkatkan kepada ibadah sunah. Ini pun perlu dilaksanakan sedikit demi sedikit. Karena, jika seseorang mengambil ibadah sunah langsung kebanyakan, dikhawatirkan tidak kuat dan justru akan mengganggu ibadah yang wajib. Jika amalan sunah ini dijalankan dengan baik dan sudah stabil, seseorang sudah mulai menginjak tingkatan istikamah. Inilah yang kita harapkan dari beribadah dengan istikamah tersebut. Dengan istikamah itu, kita akan mendapat pertolongan dari Allah.

Beribadah secara istikamah dapat membuahkan iman dan akhlak yang mulia. Kemantapan iman bagi seseorang yang telah mencapai istikamah akan sangat membekas di dalam hatinya. Hati kita menjadi mantap dan merasakan ketenangan di dalam jiwa. Keadaan ini akan mengantarkan kita kepada peningkatan diri di dalam membersihkan kotoran batin. Dengan semakin dikikisnya kotoran batin kita, hati kita akan semakin jernih, hingga akhirnya mencapai hati yang benar-benar jernih, bebas dari berbagai macam kekotoran. Inilah keadaan yang dicita-citakan setiap orang, yaitu orang yang bersih hatinya.

Beribadah secara istikamah juga mengantarkan kita agar sentiasa merasakan kelezatan di dalam menjalankan ibadah. Karena, ibadah yang kitalakukan dengan hati dan jiwa secara istikamah akan dirasakan manis dan lezat bagi hati dan jiwa itu. Itulah sebabnya beribadah sedikit tapi istikamah lebih disukai oleh Allah daripada beribadah banyak tapi tidak istikamah. Beribadah secara istikamah walaupun sedikit memiliki dampak atau pengaruh yang sangat kuat bagi hati dan jiwa. Kita bisa melihat perbandingan beberapa keadaan sebagai contoh. Kita pernah melihat betapa batu yang sangat keras bisa berlubang karena titik-titik air dari atas jatuh menimpanya dalam waktu yang lama. Kita sulit membayangkan bahwa batu itu dapat berlubang sekaligus dengan hanya beberapa guyuran air yang melimpah.

Untuk mencapai istikamah, seseorang tidak harus memaksakan dirinya melaksanakan apa yang tidak sanggup untuk dilaksanakan. Tetapi, laksanakanlah apa yang mampu untuk diamalkan. Rasulullah saw. bersabda, "Lakukan apa yang mampu kamu amalkan. Sesungguhnya Allah tidak jemu sehingga kamu sendiri yang jemu." (HR Bukhari). Dengan berusaha mengamalkan ibadah sedikit demi sedikit, seseorang akan bisa melakukan ibadah yang lebih banyak. Dengan adanya persiapan, seseorang akan mampu melakukan apa yang dipersiapkan itu.

Banyak orang tidak mengetahui betapa besarnya fadilah beristikamah dalam beribadah. Kebanyakan seseorang beramal karena semangat yang hanya bersifat sementara. Apalagi, amalan seseorang itu bukan dari dorongan diri sendiri, tapi karena pengaruh lingkungan, atau dorongan dari luar. Ibadah yang semacam ini sangat sulit untuk mencapai istikamah. Ibadah yang semacam ini hanya akan muncul ketika ada kebutuhan. Ketika seseorang tidak membuthkan kebutuhan itu, maka seseorang tidak akan melakukannya. Jadi, dorongan melakukan ibadah itu semata-mata karena ada yang dikehendakinya. Maka, bagaimana mungkin seseorang yang beribadah semacam ini dapat mencapai istikamah.

Dengan beribadah secara istikamah, seseorang akan merasa tenteram hatinya. Tidak merasa gundah dan bersedih hati orang-orang yang telah mencapai istikamah. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Rab kami ialah Allah,' kemudian mereka tetap istikamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (Al-Ahqaf: 13--14). 

Semoga kita senantiasa diberikan Keistikamahan oleh Allah SWT.. 

Kisah Seorang Pendoa

Posted on Kamis, 01 September 2011 by Ikhsan Nugraha

Ketika kumohon kepada Allah kekuatan, Allah memberiku kesulitan agar aku
menjadi kuat.

Ketika kumohon kepada Allah kebijaksanaan, Allah memberiku masalah untuk
dipecahkan.

Ketika kumohon kepada Allah kesejahteraan, Allah memberiku akal untuk
berfikir.

Ketika kumohon kepada Allah keberanian, Allah memberiku kondisi bahaya
untuk kuatasi.

Ketika kumohon kepada Allah sebuah cinta, Allah memberiku orang-orang
bermasalah untuk ku tolong.

Ketika kumohon kepada Allah bantuan, Allah memberiku kesempatan.

Aku tak pernah menerima apa yang kupinta, tetapi aku menerima segala
yang kubutuhkan.

Do'aku terjawab sudah.

Terjemahan dari The History of the Prayer


KENAPA AKU DIUJI?
Surah Al-Ankabut ayat 2-3

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?

Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan  sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

KENAPA AKU TIDAK MENDAPATKAN APA YANG AKU
IDAM-IDAMKAN?
Surah Al-Baqarah ayat 216

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

KENAPA UJIAN SEBERAT INI?
Surah Al-Baqarah ayat 286
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

RASA FRUSTASI?
Surah Al-Imran ayat 139

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA?
Surah Al-Imran ayat 200
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah

kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.

Surah Al-Baqarah ayat 45

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

APA YANG AKU DAPAT DARI SEMUA INI?
Surah At-Taubah ayat 111

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.

KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?
Surah At-Taubah ayat 129

Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal

AKU TAK DAPAT BERTAHAN LAGI!!!!!
Surah Yusuf ayat 87

dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.


Surah An-Nisaa' ayat 86
Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah

penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah(dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.


Pesan Hasan Al-Banna:

"Sesungguhnya amanah yang ada itu lebih banyak dari waktu yang tersedia, untuk itu bantulah saudaramu dalam menyelesaikannya serta sederhanakanlah apa yang bisa disederhanakan"

Subhanallah..ikhwafillah....

Mari kita berbenah dan terus berbenah..untuk memepersembahkan yang terbaik dalam masa hidup kita...
Dengan torehan kemuliaan dan semangat pantang menyerah...
Dimanapun. kapanpun dan dengan siapapun..selama ALLAH SWT

menjadi "..justThe ONE goal.." Insya Allah akan "bahagia" sebagaimana doa yang sering terlantun untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.