Indonesia Madani Bukanlah Mimpi (Catatan Penting Sarasehan Nasional ADK)

Posted on Selasa, 01 November 2011 by Ikhsan Nugraha

Singsingkan Lengan Baju
Pancangkan Asa
Ukirlah Hari Esok, Pertiwi jaya
Bergandengan Tangan,..tuk meraih Ridho Allah
Negeri… Indah… Indonesia…

“Kami Aktivis Dakwah Kampus Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah air penuh kemakmuran. Kami Aktivis Dakwah Kampus Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa tanpa kebodohan. Kami Aktivis Dakwah Kampus Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa tanpa kekerasan.”

Ikhwahfillah,, Kalimat2 diatas merupakan suatu hal yang paling berharga bagi diri saya, karena bersama seluruh Ketua LDK se-Indonesia, menjadi yang terdepan dalam mengucapkan kata2 di atas bersama dengan 1300 ADK lainnya yang membuat seisi gedung budaya tempat acara tersebut menjadi bergetar. Itulah “Sumpah Aktivis Dakwah Kampus Indonesia”. Ya, Peringatan Sumpah Pemuda kali ini memiliki warna tersendiri bagi Kota Pelajar Yogyakarta dimana Aktivis Lembaga Dakwah Kampus se-Indonesia berkumpul untuk menegakkan kalimat Allah di Bumi Yogyakarta, tempat cikal bakal lahirnya pergerakan dakwah kampus Indonesia terbesar saat ini, atau yang sering kita kenal dengan istilah FSLDK (Forum Sillaturahim Lembaga Dakwah Kampus).

Orang Tua Sebagai Cermin bagi Anak

Posted on Minggu, 16 Oktober 2011 by Ikhsan Nugraha


Tidaklah balasan bagi kebaikan itu melainkan kebaikan juga" (Ar-Rahman: 60).
Sahabatku,, Anak bagi orang tua adalah permata hati yang tidak ternilai harganya. Hal itu merupakan kebahagian tersendiri, memiliki anak saleh, taat pada orang tua, dan menyayangi orang tuanya sampai akhir menutup mata.
Namun, Kepiluan, kekesalan, kesedihan, dan kekecewaan menyatu bila sang anak setelah dewasa tidak peduli lagi dengan orang tuanya dengan menyepelekan panggilan orang tua yang sakit dengan alasan sibuk, atau cukup menyediakan fasilitas mewah buat menghabiskan sisa-sisa usia. Rumah indah bak istana tidak akan menggantikan kasih sayang dan perhatian orang tua pada anaknya.

Cara mendidik anak dan perlakuan orang tua kepada anaknya akan memberi kesan yang kuat untuk membentuk karakter atau kepribadian anak ketika dewasa kelak. ''Orang tualah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi'' (hadis riwayat Bukhari)

Sudahkah Hati Kita Terikat Dengan Al-Qur'an?

Posted on Rabu, 12 Oktober 2011 by Ikhsan Nugraha

Bismillah..
Allah Ta'ala berfirman :
"Kalau sekiranya kami menurunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat kepada manusia agar mereka berfikir." (Q.S Al-Hasyr : 21)


Sahabatku,, jika kita melihat keadaan orang-orang terdahulu yang shalih apabila mereka mendengar ayat2 Allah dibacakan kepada mereka, maka mereka benar2 memasang telinga untuk mendengarkannya, membuka hati untuk merenunginya, maka khusyuklah anggota badan mereka, merengganglah kulit mereka, lalu bergetarlah badan mereka dan menagis karena takut kepada Allah SWT.

PERSEMBAHAN...

Posted on Senin, 10 Oktober 2011 by Ikhsan Nugraha

Kepada setiap orang yang mencari hakekat dan kebenaran.


Kepada setiap orang yang memiliki akal yang sehat serta hati yang lembut.

Kepada setiap orang yang melepaskan pakian taqlid dari diri mereka dan mencari kebenaran tanpa hawa nafsu serta ketamakan.

Kepada setiap muslim yang berusaha untuk selalu menambah keimanan mereka dan memperbaiki keislamannya.

Memaafkan, Derajat Kemuliaan Diri

Posted on Senin, 12 September 2011 by Ikhsan Nugraha

Kawan, ingatkah kisah saat Rasulullah menolak bantuan yang ditawarkan malaikat Jibril untuk menimpakan gunung kepada masyarakat Thaif yang telah menghina Rasulullah dan para sahabat? Kala itu, Rasul membalas perlakuan masyarakat Thaif dengan memaafkan mereka. Sebuah sikap bijak yang menjadi salah satu bukti betapa Rasulullah sangat pemaaf. Kisah lain yang menunjukkan kemuliaan Rasulul dalam hal memaafkan adalah saat beliau menjadi orang pertama yang menjenguk seorang Quraisy kala sakit, meski sebelumnya tak bosan-bosannya meludahi Rasulullah setiap hari. Sungguh Allah-lah yang mampu memelihara hati sedemikian suci, jiwa sebegitu besar.
Memaafkan, menjadi sudah menjadi kata yang yang mudah diucapkan, namun teramat sulit untuk dilakukan. Saya pernah merasa tersakiti karena candaan yang dilontarkan seorang teman. Sakit hati yang menyebabkan saya sulit berkonsentrasi. Berhari-hari, bahkan bisa dibilang bermingu-minggu, rasa itu masih sulit hilang juga.  Sulit sekali rasanya untuk memaafkan, meskipun memaafkan menjadi jalan untuk melupakan yang sudah terjadi, mengambil pelajaran dan hikmahnya, juga menjalankan kehidupan saya sebagaimana mestinya. 

Duhai Para Suami..

Posted on by Ikhsan Nugraha

"Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik terhadap istri, dan aku adalah orang yang paling baik diantara sekalian terhadap istri" (At-Turmudzi)
Suatu hari, dalam perjalanan pulang ke rumah. Disela-sela kemacetan, saya melihat dengan jelas,seorang lelaki dengan kasar menyuruh perempuan yang sedang diboncengnya untuk turun dari motor. Tampak sekali perempuan itu ketakutan. Air matanya bercucuran, dengan gemetar hati-hati dia turun. Rupanya yang menyebabkan lelaki itu kalap adalah tangisan rewel sang bayi yang sedang digendong. Setelah menumpahkan sumpah serapah pada perempuan tak berdaya itu, dengan seenaknya dia pergi.
Tinggallah perempuan itu kebingungan, menggendong bayi mungil yang menangis tak kunjung berhenti. Dua ibu dalam angkot yang sedang saya naiki, spontan turun. "Sabar ya dek, biarin aja si keparat itu pergi" dengus si ibu berbaju biru. "Adek mau kemana? Sekarang adik pulang, kasihan anaknya nangis terus" kali ini ibu yang berbaju hitam bertanya. Perempuan itu gemetar, kelu lidahnya berujar "Ibu, boleh saya pinjam uang 500 untuk ongkos. Suami saya pergi begitu saja tanpa memberi uang". Ibu-ibu tadi spontan membuka tas dan memberinya uang. Dan air mata itu, melimpahi kami rasa kasihan.
Hari lain, dalam bis yang mengantarkan saya ke kampung halaman. Di sebelah saya duduk perempuan sederhana, berpakaian sangat sederhana tanpa bawaan yang berarti, hanya mengepit tas kresek berwarna hitam. Tapi yang tidak sederhana, sejak duduk tadi lirih mulutnya berucap "Laa hawlaa Walaa Quwwata Illa billah". Dalam kesempatan selanjutnya saya mengetahui ia sudah berkeluarga dan mempunyai beberapa anak. Suaminya menganggur, dan ia yang menanggung beban nafkah untuk keluarga dengan menjadi buruh kasar di pasar kebayoran.
Tapi bukan itu yang membuat dia kurus kering dan sakit-sakitan. Perilaku kasar suaminya yang sering menganiaya dan melecehkannyalah yang membuatnya sangat tersiksa. Tanpa risih dia memperlihatkan telapak tangannya yang melepuh akibat banyak sundutan rokok. "Masya Allah, ibu" refleks saya menutup mulut dengan tangan kanan. Dia tertunduk, dan air mata itu, tertumpah begitu mudah.
"Mbak, saya ditinggalin suami pas hamil 7 bulan". Dia mulai bercerita. "Suami saya tertarik wanita lain yang lebih cantik," tambahnya tanpa beban. Kini giliran saya memandangnya lekat, seorang perempuan muda yang tegar, hati saya membatin. Saya mengenalnya baru beberapa bulan. Selama itu saya mengagumi pergulatan hidupnya. Perempuan yang kuat, buktinya sekarang dia membesarkan anak laki-lakinya yang berusia hampir setahun seorang diri. Dia bekerja keras meski dengan pekerjaan yang tidak sebanding dengan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan si kecil.

"Kalau tidak ada anak ini, entahlah saya mungkin sudah tinggal nama, mati bunuh diri," tambahnya.
Saya kagum dengan ketegarannya, tapi ternyata dugaan saya salah, beberapa menit kemudian ia terisak kecil selanjutnya tersedu-sedu. Dan air mata itu, menganak sungai dipipinya yang tak pernah terlihat dipoles bedak.
Saya meyakini masih banyak fenomena tidak manusiawi yang dilakukan para suami terhadap istri. Lihat saja berita-berita di media massa, itu baru yang terekspos. Padahal yang tidak muncul ke khalayak ramai pasti lebih banyak lagi. Perlakuan tidak wajar bahkan kekerasan suami terhadap istri bisa dikatakan persoalan internal rumah tangga. Sebuah aib, sehingga sang istri harus memaksakan diri menelan bulat-bulat pil pahit perlakuan suaminya. Saya pernah melihat seorang ibu yang pura-pura bilang baru jatuh dari kamar mandi hingga memar cukup serius di muka tirusnya, padahal banyak orang tahu dia baru saja dihajar sang suami tercinta.
Apa yang menyebabkan suami begitu tega terhadap istrinya? Menurut saya, suami yang demikian tidaklah gentle, karena ia berani hanya pada seorang perempuan. Perempuan yang seharusnya ia lindungi. Perempuan yang seharusnya mendapatkan perlakuan yang baik karena telah begitu banyak berjasa. Istri adalah perempuan yang mengandung anaknya dengan susah payah dalam hitungan waktu yang tidak sebentar, setelah itu mempertaruhkan nyawa untuk proses melahirkan. Istrinya yang menyediakan makanan untuk seluruh keluarga, bahkan mungkin menyediakan telinga untuk menjadi pendengar yang baik, menyediakan stock kata-kata yang menghibur ketika suami mendapatkan masalah, bahkan mungkin solusi. Apakah ada alasan setelah istri berbuat yang terbaik untuk keluarganya mendapatkan perlakuan yang sewenang-wenang?

Kepada para suami, ingatlah istri adalah sesuatu yang istimewa. Sayangilah ia, karena ia adalah penyejuk mata, pembangun rumah tangga yang menjelma surga. Bimbinglah istri dengan lemah lembut, karena ia dicipta dengan banyak anugerah mulia. Jangan pernah mencampakkan istri, untuk kondisi apapun, karena ia adalah ibu dari anak-anak yang kau bina secara bersama. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, jangan pernah meruntuhkan madrasah pembentuk karakter bangsa.
Sayangi ia, karena ibumu juga istri dari suami yang menyayangi. Tersenyumlah untuk segala hal yang ia persembahkan kepadamu. Berjanjilah untuk tidak membuatnya mengeluarkan air mata-air mata kedukaan. Tirulah Rasulullah yang selalu berbuat baik kepada para istrinya. Dalam hadistnya beliau menekankan "Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik terhadap istri, dan aku adalah orang yang paling baik diantara sekalian terhadap istri" (At-Turmudzi), Bahkan beliau pernah bersabda: "Barang siapa yang menggembirakan seorang wanita (istri), seakan-akan menangis karena takut kepada Allah. Barangsiapa menangis karena takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka". 
(Eramuslim.com)

Istiqomah

Posted on Selasa, 06 September 2011 by Ikhsan Nugraha

Bersabda Rasulullah saw. yang artinya, "Amalan-amalan yang paling disukai Allah ialah yang lestari meskipun sedikit."  (HR Bukari).
Istikamah (istiqamah) menurut istilah bahasa ialah konsisten. Istikamah artinya teguh hati untuk mencintai dan beribadah kepada Allah, tidak menoleh dari-Nya ke kiri atau ke kanan. Istikamah merupakan kata yang mengandung banyak makna, meliputi berbagai sisi agama, yaitu berdiri di hadapan Allah secara hakiki dan memenuhi janji. Istikamah berkaitan dengan perkataan, perbuatan, keadaan, dan niat.
Rasulullah saw. memerintahkan kepada kita agar mencapai istikamah, yaitu jalan yang lurus dan niat yang benar dalam perkataan dan perbuatan. Isitikamah dalam beribadah jika dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari akan mendapatkan manfaat yang banyak. Tetapi, untuk mencapai istikamah, kita perlu berjuang dan membiasakan diri dalam beribadah. Melalui perjuangan membiasakan diri dalam beribadah itulah, nanti lama-lama kita dapat mencapai tingkat istikamah. Seseorang yang di dalam kesehariannya tidak ada upaya untuk membiasakan diri dalam melakukan ibadah, maka tidak akan menemui apa yang disebut istikamah.

Untuk menuju ibadah yang istikamah, kita perlu mempraktikannya sedikit demi sedikit. Kita laksanakan ibadah yang wajib dengan tertib. Setelah itu kita tingkatkan lagi dengan melaksanakan ibadah yang wajib tepat pada waktunya. Untuk mencapai kestabilan dalam mempertahankan ibadah wajib ini, kita juga perlu perjuangan dan perlu membiasakan. Tidak bisa seseorang itu langsung sempurna dalam istikamahnya, apalagi orang yang baru melaksanakan syariat. Setelah itu, jika sudah mampu merutinkan beribadah wajib dengan disiplin dan tepat waktu, kita perlu meningkatkan kepada ibadah sunah. Ini pun perlu dilaksanakan sedikit demi sedikit. Karena, jika seseorang mengambil ibadah sunah langsung kebanyakan, dikhawatirkan tidak kuat dan justru akan mengganggu ibadah yang wajib. Jika amalan sunah ini dijalankan dengan baik dan sudah stabil, seseorang sudah mulai menginjak tingkatan istikamah. Inilah yang kita harapkan dari beribadah dengan istikamah tersebut. Dengan istikamah itu, kita akan mendapat pertolongan dari Allah.

Beribadah secara istikamah dapat membuahkan iman dan akhlak yang mulia. Kemantapan iman bagi seseorang yang telah mencapai istikamah akan sangat membekas di dalam hatinya. Hati kita menjadi mantap dan merasakan ketenangan di dalam jiwa. Keadaan ini akan mengantarkan kita kepada peningkatan diri di dalam membersihkan kotoran batin. Dengan semakin dikikisnya kotoran batin kita, hati kita akan semakin jernih, hingga akhirnya mencapai hati yang benar-benar jernih, bebas dari berbagai macam kekotoran. Inilah keadaan yang dicita-citakan setiap orang, yaitu orang yang bersih hatinya.

Beribadah secara istikamah juga mengantarkan kita agar sentiasa merasakan kelezatan di dalam menjalankan ibadah. Karena, ibadah yang kitalakukan dengan hati dan jiwa secara istikamah akan dirasakan manis dan lezat bagi hati dan jiwa itu. Itulah sebabnya beribadah sedikit tapi istikamah lebih disukai oleh Allah daripada beribadah banyak tapi tidak istikamah. Beribadah secara istikamah walaupun sedikit memiliki dampak atau pengaruh yang sangat kuat bagi hati dan jiwa. Kita bisa melihat perbandingan beberapa keadaan sebagai contoh. Kita pernah melihat betapa batu yang sangat keras bisa berlubang karena titik-titik air dari atas jatuh menimpanya dalam waktu yang lama. Kita sulit membayangkan bahwa batu itu dapat berlubang sekaligus dengan hanya beberapa guyuran air yang melimpah.

Untuk mencapai istikamah, seseorang tidak harus memaksakan dirinya melaksanakan apa yang tidak sanggup untuk dilaksanakan. Tetapi, laksanakanlah apa yang mampu untuk diamalkan. Rasulullah saw. bersabda, "Lakukan apa yang mampu kamu amalkan. Sesungguhnya Allah tidak jemu sehingga kamu sendiri yang jemu." (HR Bukhari). Dengan berusaha mengamalkan ibadah sedikit demi sedikit, seseorang akan bisa melakukan ibadah yang lebih banyak. Dengan adanya persiapan, seseorang akan mampu melakukan apa yang dipersiapkan itu.

Banyak orang tidak mengetahui betapa besarnya fadilah beristikamah dalam beribadah. Kebanyakan seseorang beramal karena semangat yang hanya bersifat sementara. Apalagi, amalan seseorang itu bukan dari dorongan diri sendiri, tapi karena pengaruh lingkungan, atau dorongan dari luar. Ibadah yang semacam ini sangat sulit untuk mencapai istikamah. Ibadah yang semacam ini hanya akan muncul ketika ada kebutuhan. Ketika seseorang tidak membuthkan kebutuhan itu, maka seseorang tidak akan melakukannya. Jadi, dorongan melakukan ibadah itu semata-mata karena ada yang dikehendakinya. Maka, bagaimana mungkin seseorang yang beribadah semacam ini dapat mencapai istikamah.

Dengan beribadah secara istikamah, seseorang akan merasa tenteram hatinya. Tidak merasa gundah dan bersedih hati orang-orang yang telah mencapai istikamah. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Rab kami ialah Allah,' kemudian mereka tetap istikamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (Al-Ahqaf: 13--14). 

Semoga kita senantiasa diberikan Keistikamahan oleh Allah SWT.. 

Kisah Seorang Pendoa

Posted on Kamis, 01 September 2011 by Ikhsan Nugraha

Ketika kumohon kepada Allah kekuatan, Allah memberiku kesulitan agar aku
menjadi kuat.

Ketika kumohon kepada Allah kebijaksanaan, Allah memberiku masalah untuk
dipecahkan.

Ketika kumohon kepada Allah kesejahteraan, Allah memberiku akal untuk
berfikir.

Ketika kumohon kepada Allah keberanian, Allah memberiku kondisi bahaya
untuk kuatasi.

Ketika kumohon kepada Allah sebuah cinta, Allah memberiku orang-orang
bermasalah untuk ku tolong.

Ketika kumohon kepada Allah bantuan, Allah memberiku kesempatan.

Aku tak pernah menerima apa yang kupinta, tetapi aku menerima segala
yang kubutuhkan.

Do'aku terjawab sudah.

Terjemahan dari The History of the Prayer


KENAPA AKU DIUJI?
Surah Al-Ankabut ayat 2-3

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?

Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan  sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

KENAPA AKU TIDAK MENDAPATKAN APA YANG AKU
IDAM-IDAMKAN?
Surah Al-Baqarah ayat 216

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

KENAPA UJIAN SEBERAT INI?
Surah Al-Baqarah ayat 286
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

RASA FRUSTASI?
Surah Al-Imran ayat 139

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA?
Surah Al-Imran ayat 200
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah

kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.

Surah Al-Baqarah ayat 45

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

APA YANG AKU DAPAT DARI SEMUA INI?
Surah At-Taubah ayat 111

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.

KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?
Surah At-Taubah ayat 129

Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal

AKU TAK DAPAT BERTAHAN LAGI!!!!!
Surah Yusuf ayat 87

dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.


Surah An-Nisaa' ayat 86
Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah

penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah(dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.


Pesan Hasan Al-Banna:

"Sesungguhnya amanah yang ada itu lebih banyak dari waktu yang tersedia, untuk itu bantulah saudaramu dalam menyelesaikannya serta sederhanakanlah apa yang bisa disederhanakan"

Subhanallah..ikhwafillah....

Mari kita berbenah dan terus berbenah..untuk memepersembahkan yang terbaik dalam masa hidup kita...
Dengan torehan kemuliaan dan semangat pantang menyerah...
Dimanapun. kapanpun dan dengan siapapun..selama ALLAH SWT

menjadi "..justThe ONE goal.." Insya Allah akan "bahagia" sebagaimana doa yang sering terlantun untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

My Lebaran...

Posted on Rabu, 31 Agustus 2011 by Ikhsan Nugraha




Kebahagiaan Di Hari Yang Fitri
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Walillah Ilhamd…
Kumandang takbir menggema di seluruh penjuru dunia Tanda datangnya hari kemenangan..
Suasana suka cita menyambut kebahagiaaan di hari yang fitri ini..
Nuansa  lebaran yang sangat berbeda tahun ini, meskipun hujan deras melanda kotaku tercinta,, namun tak mengurangi semangatku dan keluarga dalam meraih rahmat-Mu..

"Itsar" Sifat Mulia Para Sahabat

Posted on by Ikhsan Nugraha


Seorang Shahabat dengan Tamunya
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa suatu ketika ada seorang tamu datang kepada Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, seluruh istri beliau tidak memiliki apa-apa, kecuali hanya air. Maka Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, "Barang siapa di antara kalian yang mau menjamu tamu ini, maka Allah akan merahmatinya." Seorang laki-laki kaum Anshar berdiri dan berkata, "Saya akan menjamunya wahai Rasulullah." Maka diajaknya tamu tersebut ke rumahnya. Sesampai di rumah dia berkata kepada istrinya, "Apakah engkau masih memiliki sesuatu? Sang istri menyahut, "Tidak, selain sedikit jatah buat anak kita." Maka diapun berkata kepada istrinya, "Bujuk dan iming-imingi anak-anak dengan sesuatu, kemudian apabila tamu kita masuk rumah matikanlah lampu dan buatlah kesan, bahwa kita juga sedang makan. Apabila nanti tamu sudah siap makan, maka kamu segera mematikan lampu tersebut. Berkata perawi, "Mereka sekeluarga hanya duduk-duduk saja (tidak makan), sedangkan tamunya makan. Lalu pada pagi harinya orang tersebut datang kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, Nabi bersabda, "Allah heran dengan tingkah kalian berdua terhadap tamu kalian tadi malam," maka Allah menurunkan ayat :

Memaknai "Lezatnya" Shalat Kita

Posted on Selasa, 30 Agustus 2011 by Ikhsan Nugraha


Shalat, merupakan kewajiban seorang muslim kepada rabbnya yang merupakan salah satu dari rukun islam. Ibadah ini pertama kali diperintahkan kepada Rasulullah SAW ketika perjalanan Isra Mi’raj beliau.
Shalat merupakan ibadah yang cukup ringan, bisa dibilang begitu. Karena pelaksanaanya hanya 5 kali dalam satu hari satu malam. Padahal dahulu perintahnya sampai 50 kali lho.. tapi meskipun hanya segitu banyak umat muslim yang lalai dalam menjalankan kewajibannya tersebut.

Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.”(Q.S Al-Ankabut : 45)
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.  (Q.S. Al-Baqarah :110)

Elektro Untuk Kemajuan Bangsa

Posted on Senin, 29 Agustus 2011 by Ikhsan Nugraha


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sudah berkembang dengan pesatnya. Hal ini perlu diselaraskan dengan kondisi dari masyarakat yang harus selalu peka terhadap perkembangan teknologi informasi yang telah ada. Mengapa demikian? Jika tidak maka kita akan senantiasa menjadi orang yang tertinggal dari peradapan, karena kehidupan ini selalu dinamis. Terjadi perubahan terus dari waktu ke waktu.
Elektro, merupakan suatu cabang ilmu yang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan teknologi informasi yang ada di dunia ini. Betapa tidak, cakupan ilmu yang sangat luas serta dinamisasi dari perkembangan teknologi itu sendiri mengakibatkan elektro memiliki andil yang cukup besar terhadap bangsa ini. Dunia Elektro selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dari zaman ke zaman, sehingga kita hampir selalu menemukan inovasi-inovasi terbaru di bidang perelektronikaan dan itu menjadi parameter terkait maju tidaknya suatu bangsa. 

Prinsip Kerja Motor Induksi

Posted on by Ikhsan Nugraha


Motor induksi bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik dari kumparan stator kepada kumparan rotornya. Garis-garis gaya fluks yang diinduksikan dari kumparan stator akan memotong kumparan rotornya sehingga timbul emf (ggl) atau tegangan induksi dan karena penghantar (kumparan) rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka akan mengalir arus pada kumparan rotor.
Penghantar (kumparan) rotor yang dialiri arus ini berada dalam garis gaya fluks yang berasal dari kumparan stator sehingga kumparan rotor akan mengalami gaya Lorentz yang menimbulkan torsi yang cenderung menggerakkan rotor sesuai dengan arah pergerakan medan induksi stator. Pada rangka stator terdapat kumparan stator yang ditempatkan pada slot-slotnya yang dililitkan pada sejumlah kutup tertentu. Jumlah kutup ini menentukan kecepatan berputarnya medanstator yang terjadi yang diinduksikan ke rotornya. Makin besar jumlah kutup akan mengakibatkan makin kecilnya kecepatan putar medanstator dan sebaliknya. Kecepatan berputarnya medan putar ini disebut kecepatan sinkron.
Secara sistematis, prinsip kerja motor induksi tiga phasa dapat diuraikan sebagai beriku
1.  Apabila sumber tegangan tiga phasa dipasang pada kumparan stator akan timbul medan putar dengan kecepatan ns = 120flp.
2.      Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor yang ada pada rotor.
3.      Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi (ggl) sebesar:
E2s = 4,44 f2N2fm (untuk satu phasa)
E2s merupakan tegangan induksi pada saat rotor berputar
4.      Karena kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka ggl (E) akan menghasilkan arus (I).
5.      Adanya arus (I) di dalam medan magnet menimbulkan gaya (F) pada rotor.
6.      Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor yang cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar stator.
7.      Seperti yang telah dijelaskan pada bagian 3, tegangan induksi timbul karena terpotongnya batang konduktor rotor oleh medan putar stator. Artinya agar tegangan terinduksi diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatan berputar rotor (nr).
8.      Perbedaan kecepatan antara nr dan ns disebut slip (S) yang dinyatakan dengan  
S = (ns – nr)/ns x 100%
9.      Bila nr = ns, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada kumparan jangkar rotor, dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel motor akan ditimbulkan apabila nr lebih kecil dari ns.
10.  Dilihat dari cara kerjanya, motor induksi disebut juga sebagai motor tak serempak atau motor asinkron.

Mentoring never die (Surat Cinta Buat Pejuang Mentoring 11/12)

Posted on by Ikhsan Nugraha


Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (Q.S Al-Maidah : 54)
Ketika mendengar kata mentoring, apa yang terpikir di benak kita? Tentunya kita sebagai para punggawa aktifis dakwah apalagi yang sudah berada di kampus pasti sudah tak asing lagi dengan kegiatan yang satu ini.. banyak hal yang bisa kita dapatkan dari kegiatan seperti ini, bukan hanya ilmu2 agama juga pengalaman2 dunia kampus serta sharing2 and many more lah..

(Pidato Steve Job di Acara Wisuda Stanford University ) (Steve Job, pendiri Apple & Pixar)

Posted on Minggu, 14 Agustus 2011 by Ikhsan Nugraha

Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang, yang akan segera lulus dari salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai kuliah.
Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana wisuda. Hari ini saya akan menyampaikan tiga cerita pengalaman hidup saya. Ya, tidak perlu banyak. Cukup tiga.

Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik
Saya drop out (DO) dari Reed College setelah semester pertama, namun saya tetap berkutat di situ sampai 18 bulan kemudian, sebelum betul-betul putus kuliah.
Mengapa saya DO? Kisahnya dimulai sebelum saya lahir.
Ibu kandung saya adalah mahasiswi belia yang hamil karena “kecelakaan” dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi.

Seorang Da'i harus Berilmu tentang Apa-Apa Yang Didakwahkannya

Posted on Rabu, 10 Agustus 2011 by Ikhsan Nugraha

 Seorang da'i harus berilmu dan belajar ilmu yang bersumber dari Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya, karena selain ilmu agama maka harus dicerna menurut ukuran Al-Qur’an dan As Sunnah. Bila sesuai dengan Al-Qur’an dan As Sunnah maka bisa diterima dan bila tidak sesuai wajib ditolak secara mutlak berdasarkan riwayat dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata:
“Aku khawatir akan ditimpakan kepada kalian batu dari langit. Aku berkata: “Rasulullah bersabda” sementara kalian berkata: “Abu Bakar dan Umar berkata”.

Jika perkataan Abu Bakar dan Umar tidak diterima karena bertentangan dengan sabda Rasulullah, maka bagaimana dengan perkataan orang yang jauh di bawah mereka baik dari sisi ilmu, ketakwaan dan kedekatan serta kekuasaan mereka dengan Rasulullah? Sungguh, menolak perkataan dan pendapat yang menyelisihi Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya dari selain mereka lebih utama.

MUSNAHKAN SIKAP AROGAN

Posted on Senin, 08 Agustus 2011 by Ikhsan Nugraha


Nabi S.A.W bersabda: "Hati-hatilah kamu sekalian terhadap hasad (dengki), karena sesungguhnya hasad akan memakan habis seluruh kebaikan sebagaimana api melalap habis kayu bakar" (HR Abu Daud)


         Dalam surat Al-Falaq, Allah memerintahkan kaum beriman untuk memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki. Arti al-hasad atau dengki adalah mengharapkan kenikmatan yang dimiliki oleh orang lain lenyap. Adapun apabila hanya mengharapkan mempunyai kenikmatan yang serupa tanpa dibarengi dengan harapan agar nikmat itu lenyap dari tangan orang lain, hal ini bukan al-hasad, melainkan ghibthah dan munafasah (persaingan yang sehat). 

Email Dari Rasul

Posted on Minggu, 07 Agustus 2011 by Ikhsan Nugraha



Malam sudah cukup larut, namun mata ini masih tak bisa terpejam. Semua tugas-tugas kantor yang kubawa pulang sudah selesai, tak lupa kusediakan setengah jam sebelum pukul 23.00 untuk membalas beberapa email yang baru sempat terbaca malam ini. Nyaris saja kupilih menu ‘shut down’ setelah sebelumnya menutup semua jendela di layar komputer, tiba-tiba muncul alert yahoo masuknya email baru. “You have 1 new message(s)...”. Seperti biasanya, aku selalu tersenyum setiap kali alert itu muncul, karena sudah bisa diduga, email itu datang dari orang-orang, sahabat, saudara, kerabat, intinya, aku selalu senang menunggu kabar melalui email dari mereka. Tapi yang ini ... Ooopss ... ini pasti main-main ... disitu tertulis “From: Muhammad Rasul Allah”
Walaupun sudah seringkali menerima junkmail atau beraneka spam, namun kali ini aku tidak menganggapnya sebagai email sampah atau orang sedang main-main denganku. Maklum, meski selama ini sering sekali teman-teman yang ‘ngerjain’, tapi kali ini, sekonyol-konyolnya teman-teman sudah pasti tidak ada yang berani mengatasnamakan Rasulullah Saw. Maka dengan hati-hati, kuraih mouse-ku dan ... klik ...
“Salam sejahtera saudaraku, bagaimana khabar imanmu hari ini ...
Kebaikan apa yang sudah kau perbuat hari ini, sebanyak apa perbuatan dosamu hari ini ...”

Aku tersentak ... degub didada semakin keras, sedetik kemudian, ritmenya terus meningkat cepat. Kuhela nafas dalam-dalam untuk melegakan rongga dada yang serasa ditohok teramat keras hingga menyesakkan. Tiga pertanyaan awal dari “Rasulullah” itu membuatku menahan nafas sementara otakku berputar mencari dan memilih kata untuk siap-

siap me-reply email tersebut. Barisan kalimat “Rasulullah” belum selesai, tapi rasanya terlalu berat untuk melanjutkannya. Antara takut dan penasaran bergelut hingga akhirnya kuputuskan untuk membacanya lagi.

“Cinta seorang ummat kepada Rasulnya, harus tercermin dalam setiap perilakunya. Tidak memilih tempat, waktu dan keadaan. Karena aku, akan selalu mencintai ummatku, tak kenal lelah. Masihkah kau mencintaiku hari ini?”

Air menetes membasahi pipiku, semakin kuteruskan membaca kalimat-kalimatnya, semakin deras air yang keluar dari sudut mataku.

“Pengorbanan seorang ummat terhadap agamanya, jangan pernah berhenti sebelum Allah menghendaki untuk berhenti. Dan kau tahu, kehendak untuk berhenti memberikan pengorbanan itu, biasanya seiring dengan perintah yang diberikan-Nya kepada Izrail untuk menghentikan semua aktifitas manusia. Sampai detik ini, pernahkah kau berkorban untuk Allah?”.

Kusorot ketengah halaman ....
“Sebagai Ayah, aku contohkan kepada ummatku untuk menyayangi anak-anak mereka dengan penuh kasih. Kuajari juga bagaimana mencintai istri-istri tanpa sedikit melukai perasaannya, sehingga kudapati istri-istriku teramat mencintaiku atas nama Allah. Aku tidak pernah merasakan memiliki orangtua seperti kebanyakan ummatku, tapi kepada orang-orang yang lebih tua, aku sangat menghormati, kepada yang muda, aku mencintai mereka. Sudahkah hari ini kau mencium mesra dan membelai lembut anak-anakmu seperti yang kulakukan terhadap Fatimah? Masihkah panggilan sayang dan hangat menghiasi hari-harimu bersama istrimu? Sudahkah juga kau menjadi pemimpin yang baik untuk keluargamu, seperti aku mencontohkannya langsung terhadap keluargaku?.
Satu hentakkan pagedown lagi ...
“Aku telah memberi contoh bagaimana berkasih sayang kepada sesama mukmin, bersikap arif dan bijak namun tegas kepada manusia dari golongan lainnya, termasuk menghormati keberadaan makhluk lain dimuka bumi. Saudaraku ...”

Cukup sudah. Aku tak lagi sanggup meneruskan rentetan kalimatnya hingga habis. Masih tersisa panjang isi email dari Rasulullah, namun baru yang sedikit ini saja, aku merasa tidak kuat. Aku tidak sanggup meneruskan semuanya karena sepertinya Rasulullah sangat tahu semua kesalahan dan kekuranganku, dan jika kulanjutkan hingga habis, yang pasti semuanya tentang aku, tentang semua kesalahan dan dosa-dosaku.
Kuhela nafas panjang berkali-kali, tapi justru semain sesak. Tiba-tiba pandanganku menjadi gelap, entah apa yang terjadi. Sudah tibakah waktuku? Padahal aku belum sempat me-reply email Rasulullah itu untuk memberitahukan kepada beliau bahwa aku tidak akan menjawab semua emailku dengan kata-kata. Karena aku yakin, Rasul lebih senang aku memperbaiki semua kesalahanku hari ini dan hari-hari sebelumnya, dari pada harus bermanis-manis mengumbar kata memikat hati, yang biasanya tak berketerusan dengan amal yang nyata.
Pandanganku kini benar-benar gelap, pekat sampai tak ada lagi yang bisa terlihat. Hingga ... nit... nit... alarm jam tanganku berbunyi. 00.00 WIB. Ah, kulirik komputerku, kosong, kucari-cari email dari Rasulullah di inbox-ku. Tidak ada. Astaghfirullaah, mungkinkah Rasulullah manusia mulia itu mau mengirimi ummatnya yang belum benar-benar mencintainya ini sebuah email? Ternyata aku hanya bermimpi, mungkin mimpi yang berangkat dari kerinduanku akan bertemu Rasul Allah. Tapi aku merasa berdosa telah bermimpi seperti ini. Tinggal kini, kumohon ampunan kepada Allah atas kelancangan mimpiku. Wallahu ‘a’lam bishshowaab

Dua Kelompok Ulama

Posted on by Ikhsan Nugraha


 Allah SWT berfirman yang artinya, "Katakanlah, 'Inilah jalanku (agamaku), aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik'." (Yusuf: 108).
Rasulullah saw. berdakwah kepada umatnya, mengajak untuk mengikuti agamanya yang lurus. Rasulullah menyampaikan syiar dakwahnya dengan kata-katanya dan apa-apa yang dibawanya termasuk penyampaian pengertian-pengertiannya. Berdasarkan hal tersebut, lama dibagi menjadi dua golongan, yaitu ulama pemelihara hadis dan ulama ahli fikih.

Pertama, Pemelihara Hadis

Kelompok ulama yang pertama adalah para pemelihara hadis yang menjaga, memelihara, mengamalkannya, dan para pemimpin yang merupakan imam-imam dan pemuka-pemuka Islam. Mereka adalah yang memelihara fondasi-fondasi agama dan ajaran-ajarannya. Mereka menjaganya dari penyelewengan dan perubahan isinya, sehingga orang yang mendapat kebaikan dari Allah bersih dari kehinaan dan tidak mengalami perubahan dengan menyusupnya pendapat individu. Mereka mengeluarkan "mata air" yang menjadi tempat minumnya hamba-hamba Allah.

Mereka adalah golongan yang disebutkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal di dalam khotbahnya yang terkenal dalam penolakannya terhadap golongan Zindiq dan Jahmiyah, "Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan pada setiap zaman pewaris-pewaris para rasul dari ahli ilmu yang menyeru orang yang sesat ke jalan yang lurus, mengajak bersabar atas derita yang menimpanya, menghidupkan orang yang mati dengan kitab Allah, dan memberikan penerangan dengan cahaya Allah kepada orang yang buta. Berapa banyak orang yang telah memerangi iblis dihidupkan, berapa banyak orang yang sesat mendapatkan petunjuk, alangkah baiknya jejak mereka, dan alangkah buruknya jejak orang-orang yang menyimpang dari mereka! Mereka juga menghilangkan penyelewengan orang-orang yang berlebihan terhadap kitab Allah dan pengrusakan orang-orang yang sesat, takwil orang-orang yang bodoh (jahil), yang mengibarkan bendera bidah dan menyebarkan fitnah. Mereka adalah golongan yang menyimpang dari kitab Allah danmenentangnya, bersepakat untuk meninggalkan kitab Allah. Mereka mengatakan tentang Allah dankitabnya tanpa dasar ilmu, berbicara dengan ucapan-ucapan yang tidak jelas maknanya, danmemperdayai orang-orang yang bodoh dengan apa yang mereka umpamakan. Maka, kami berlindung kepada Allah dari fitnah dan bencana akibat orang-orang yang menyesatkan tersebut."

Kedua, Ahli Fikih

Kelompok ulama yang kedua adalah ahli fikih (ahli hukum Islam) dan para mufti (pemberi fatwa). Perkataan mereka menjadi tempat kembali manusia dalam menyelesaikan beberapa persoalan, yang mengkhususkan mengambil kesimpulan suatu hukum dan ketentuan yang harus diikuti, serta memperhatikan ketetapan dan kebenaran kaidah-kaidah halal dan haram.

Kedudukan mereka di bumi bagaikan bintang-bintang di langit. Dengan keberadaan mereka, orang-orang yang bimbang dalam kegelapan mendapatkan petunjuk dan kebutuhan manusia kepada mereka lebih besar daripada kebutuhan manusia akan makanan dan minuman, ketaatan kepada mereka lebih wajib daripada ketaatan kepada ibu dan ayah sesuai dengan nas (teks) kitab Allah yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (An-Nisaa': 59).

Menurut Ibnu Abbas salam salah satu riwayatnya, Jabir bin Abdullah, Hasan al-Bashri, Abul Aliyah, Atha' bin abu Rabah, Dlahak, dan Mujahid dalam salah satu riwayatnya, "ulil amri" adalah para ulama. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Imam Ahmad dalam salah satu riwayatnya. Abu Hurairah dan Ibnu Abbas dalam riwayat lain, Zaid bin Aslam, As-Sadi, dan Muqatil, serta riwayat lain dari Ahmad mengatakan bahwa "ulil amri" adalah para penguasa (al-umaraa).

Ketaatan kepada Penguasa Mengikuti Ketaatan kepada Ulama

Para penguasa hanya dapat ditaati apabila mereka memerintah berdasarkan tuntutan ilmu (pengetahuan), sehingga ketaatan kepada mereka mengikuti ketaatan kepada para ulama, karena ketaatan tersebut hanya pada kebaikan dan apa-apa yang diwajibkan berdasarkan pengetahuan. Demikian pula halnya bahwa ketaatan kepada ulama mengikuti ketaatan kepada Rasulullaha saw., maka ketaatan kepada para penguasa mengikuti ketaatan kepada para ulama, dan juga karena tegaknya Islam terletak pada dua kelompok ini, yakni para penguasa dan para ulama.

Semua manusia mengikuti mereka dan kebaikan alam semesta terletak pada kebaikan kedua kelompok tersebut, dan kerusakannya terletak pula pada kerusakan keduanya, seperti dikatakan oleh Abdullah bin al-Mubarak dan lain-lain dari golongan salaf, "Ada dua kelompok manusia, apa bila keduanya baik, manusia akan menjadi baik, dan apabila keduanya rusak, manusia pun akan menjadi rusak, keduanya adalah para penguasa (raja) dan para ulama." Abdullah bin al-Mubarak juga bersenandung:

Aku melihat dosa-dosa mematikan hati
dan kehancurannya telah mewariskan kehinaan
Meninggalkan dosa adalah hidupnya hati
berpaling dari dosa adalah lebih baik bagimu

Tidakkah agama rusak, kecuali oleh para penguasa (raja)

dan penyebar keburukan adalah para ahli agama!

Jadi, alangkah buruknya jika para pemimpin kaum muslimin itu adalah orng-orang yang buruk dan ulama-ulama yang ada adalah ulama-ulama yang jelak.