Indonesia Madani Bukanlah Mimpi (Catatan Penting Sarasehan Nasional ADK)
Pancangkan Asa
Ukirlah Hari Esok, Pertiwi jaya
Bergandengan Tangan,..tuk meraih Ridho Allah
Negeri… Indah… Indonesia…
“Kami Aktivis Dakwah Kampus Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah air penuh kemakmuran. Kami Aktivis Dakwah Kampus Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa tanpa kebodohan. Kami Aktivis Dakwah Kampus Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa tanpa kekerasan.”
Ikhwahfillah,, Kalimat2 diatas merupakan suatu hal yang paling berharga bagi diri saya, karena bersama seluruh Ketua LDK se-Indonesia, menjadi yang terdepan dalam mengucapkan kata2 di atas bersama dengan 1300 ADK lainnya yang membuat seisi gedung budaya tempat acara tersebut menjadi bergetar. Itulah “Sumpah Aktivis Dakwah Kampus Indonesia”. Ya, Peringatan Sumpah Pemuda kali ini memiliki warna tersendiri bagi Kota Pelajar Yogyakarta dimana Aktivis Lembaga Dakwah Kampus se-Indonesia berkumpul untuk menegakkan kalimat Allah di Bumi Yogyakarta, tempat cikal bakal lahirnya pergerakan dakwah kampus Indonesia terbesar saat ini, atau yang sering kita kenal dengan istilah FSLDK (Forum Sillaturahim Lembaga Dakwah Kampus).
2 comments Filed Under: Dunia Dakwah Kampus
Orang Tua Sebagai Cermin bagi Anak
Namun, Kepiluan, kekesalan, kesedihan, dan kekecewaan menyatu bila sang anak setelah dewasa tidak peduli lagi dengan orang tuanya dengan menyepelekan panggilan orang tua yang sakit dengan alasan sibuk, atau cukup menyediakan fasilitas mewah buat menghabiskan sisa-sisa usia. Rumah indah bak istana tidak akan menggantikan kasih sayang dan perhatian orang tua pada anaknya.
Cara mendidik anak dan perlakuan orang tua kepada anaknya akan memberi kesan yang kuat untuk membentuk karakter atau kepribadian anak ketika dewasa kelak. ''Orang tualah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi'' (hadis riwayat Bukhari)
3 comments Filed Under: Pengetahuan Umum
Sudahkah Hati Kita Terikat Dengan Al-Qur'an?
Allah Ta'ala berfirman :
"Kalau sekiranya kami menurunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat kepada manusia agar mereka berfikir." (Q.S Al-Hasyr : 21)
Sahabatku,, jika kita melihat keadaan orang-orang terdahulu yang shalih apabila mereka mendengar ayat2 Allah dibacakan kepada mereka, maka mereka benar2 memasang telinga untuk mendengarkannya, membuka hati untuk merenunginya, maka khusyuklah anggota badan mereka, merengganglah kulit mereka, lalu bergetarlah badan mereka dan menagis karena takut kepada Allah SWT.
0 comments Filed Under: Islam Kontemporer
PERSEMBAHAN...
Kepada setiap orang yang mencari hakekat dan kebenaran.
0 comments Filed Under: Siroh dan Kisah Inspiratif
Memaafkan, Derajat Kemuliaan Diri
Memaafkan, menjadi sudah menjadi kata yang yang mudah diucapkan, namun teramat sulit untuk dilakukan. Saya pernah merasa tersakiti karena candaan yang dilontarkan seorang teman. Sakit hati yang menyebabkan saya sulit berkonsentrasi. Berhari-hari, bahkan bisa dibilang bermingu-minggu, rasa itu masih sulit hilang juga. Sulit sekali rasanya untuk memaafkan, meskipun memaafkan menjadi jalan untuk melupakan yang sudah terjadi, mengambil pelajaran dan hikmahnya, juga menjalankan kehidupan saya sebagaimana mestinya.
0 comments Filed Under: Islam Kontemporer
Duhai Para Suami..
"Kalau tidak ada anak ini, entahlah saya mungkin sudah tinggal nama, mati bunuh diri," tambahnya.
Kepada para suami, ingatlah istri adalah sesuatu yang istimewa. Sayangilah ia, karena ia adalah penyejuk mata, pembangun rumah tangga yang menjelma surga. Bimbinglah istri dengan lemah lembut, karena ia dicipta dengan banyak anugerah mulia. Jangan pernah mencampakkan istri, untuk kondisi apapun, karena ia adalah ibu dari anak-anak yang kau bina secara bersama. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, jangan pernah meruntuhkan madrasah pembentuk karakter bangsa.
0 comments Filed Under: Siroh dan Kisah Inspiratif
Istiqomah
Untuk menuju ibadah yang istikamah, kita perlu mempraktikannya sedikit demi sedikit. Kita laksanakan ibadah yang wajib dengan tertib. Setelah itu kita tingkatkan lagi dengan melaksanakan ibadah yang wajib tepat pada waktunya. Untuk mencapai kestabilan dalam mempertahankan ibadah wajib ini, kita juga perlu perjuangan dan perlu membiasakan. Tidak bisa seseorang itu langsung sempurna dalam istikamahnya, apalagi orang yang baru melaksanakan syariat. Setelah itu, jika sudah mampu merutinkan beribadah wajib dengan disiplin dan tepat waktu, kita perlu meningkatkan kepada ibadah sunah. Ini pun perlu dilaksanakan sedikit demi sedikit. Karena, jika seseorang mengambil ibadah sunah langsung kebanyakan, dikhawatirkan tidak kuat dan justru akan mengganggu ibadah yang wajib. Jika amalan sunah ini dijalankan dengan baik dan sudah stabil, seseorang sudah mulai menginjak tingkatan istikamah. Inilah yang kita harapkan dari beribadah dengan istikamah tersebut. Dengan istikamah itu, kita akan mendapat pertolongan dari Allah.
Beribadah secara istikamah dapat membuahkan iman dan akhlak yang mulia. Kemantapan iman bagi seseorang yang telah mencapai istikamah akan sangat membekas di dalam hatinya. Hati kita menjadi mantap dan merasakan ketenangan di dalam jiwa. Keadaan ini akan mengantarkan kita kepada peningkatan diri di dalam membersihkan kotoran batin. Dengan semakin dikikisnya kotoran batin kita, hati kita akan semakin jernih, hingga akhirnya mencapai hati yang benar-benar jernih, bebas dari berbagai macam kekotoran. Inilah keadaan yang dicita-citakan setiap orang, yaitu orang yang bersih hatinya.
Beribadah secara istikamah juga mengantarkan kita agar sentiasa merasakan kelezatan di dalam menjalankan ibadah. Karena, ibadah yang kitalakukan dengan hati dan jiwa secara istikamah akan dirasakan manis dan lezat bagi hati dan jiwa itu. Itulah sebabnya beribadah sedikit tapi istikamah lebih disukai oleh Allah daripada beribadah banyak tapi tidak istikamah. Beribadah secara istikamah walaupun sedikit memiliki dampak atau pengaruh yang sangat kuat bagi hati dan jiwa. Kita bisa melihat perbandingan beberapa keadaan sebagai contoh. Kita pernah melihat betapa batu yang sangat keras bisa berlubang karena titik-titik air dari atas jatuh menimpanya dalam waktu yang lama. Kita sulit membayangkan bahwa batu itu dapat berlubang sekaligus dengan hanya beberapa guyuran air yang melimpah.
Untuk mencapai istikamah, seseorang tidak harus memaksakan dirinya melaksanakan apa yang tidak sanggup untuk dilaksanakan. Tetapi, laksanakanlah apa yang mampu untuk diamalkan. Rasulullah saw. bersabda, "Lakukan apa yang mampu kamu amalkan. Sesungguhnya Allah tidak jemu sehingga kamu sendiri yang jemu." (HR Bukhari). Dengan berusaha mengamalkan ibadah sedikit demi sedikit, seseorang akan bisa melakukan ibadah yang lebih banyak. Dengan adanya persiapan, seseorang akan mampu melakukan apa yang dipersiapkan itu.
Banyak orang tidak mengetahui betapa besarnya fadilah beristikamah dalam beribadah. Kebanyakan seseorang beramal karena semangat yang hanya bersifat sementara. Apalagi, amalan seseorang itu bukan dari dorongan diri sendiri, tapi karena pengaruh lingkungan, atau dorongan dari luar. Ibadah yang semacam ini sangat sulit untuk mencapai istikamah. Ibadah yang semacam ini hanya akan muncul ketika ada kebutuhan. Ketika seseorang tidak membuthkan kebutuhan itu, maka seseorang tidak akan melakukannya. Jadi, dorongan melakukan ibadah itu semata-mata karena ada yang dikehendakinya. Maka, bagaimana mungkin seseorang yang beribadah semacam ini dapat mencapai istikamah.
Dengan beribadah secara istikamah, seseorang akan merasa tenteram hatinya. Tidak merasa gundah dan bersedih hati orang-orang yang telah mencapai istikamah. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Rab kami ialah Allah,' kemudian mereka tetap istikamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (Al-Ahqaf: 13--14).
0 comments Filed Under: Islam Kontemporer
Kisah Seorang Pendoa
0 comments Filed Under: Siroh dan Kisah Inspiratif
My Lebaran...
0 comments Filed Under: Kisah Ikhsan
"Itsar" Sifat Mulia Para Sahabat
0 comments Filed Under: Siroh dan Kisah Inspiratif
Memaknai "Lezatnya" Shalat Kita
0 comments Filed Under: Islam Kontemporer
Elektro Untuk Kemajuan Bangsa
0 comments Filed Under: Pengetahuan Umum
Prinsip Kerja Motor Induksi
0 comments Filed Under: Pengetahuan Umum
Mentoring never die (Surat Cinta Buat Pejuang Mentoring 11/12)
0 comments Filed Under: Kisah Ikhsan
(Pidato Steve Job di Acara Wisuda Stanford University ) (Steve Job, pendiri Apple & Pixar)
Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang, yang akan segera lulus dari salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai kuliah.
Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana wisuda. Hari ini saya akan menyampaikan tiga cerita pengalaman hidup saya. Ya, tidak perlu banyak. Cukup tiga.
Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik
Saya drop out (DO) dari Reed College setelah semester pertama, namun saya tetap berkutat di situ sampai 18 bulan kemudian, sebelum betul-betul putus kuliah.
Mengapa saya DO? Kisahnya dimulai sebelum saya lahir.
Ibu kandung saya adalah mahasiswi belia yang hamil karena “kecelakaan” dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi.
0 comments Filed Under: Siroh dan Kisah Inspiratif
Seorang Da'i harus Berilmu tentang Apa-Apa Yang Didakwahkannya
“Aku khawatir akan ditimpakan kepada kalian batu dari langit. Aku berkata: “Rasulullah bersabda” sementara kalian berkata: “Abu Bakar dan Umar berkata”.
Jika perkataan Abu Bakar dan Umar tidak diterima karena bertentangan dengan sabda Rasulullah, maka bagaimana dengan perkataan orang yang jauh di bawah mereka baik dari sisi ilmu, ketakwaan dan kedekatan serta kekuasaan mereka dengan Rasulullah? Sungguh, menolak perkataan dan pendapat yang menyelisihi Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya dari selain mereka lebih utama.
0 comments Filed Under: Islam Kontemporer
MUSNAHKAN SIKAP AROGAN
Nabi S.A.W bersabda: "Hati-hatilah kamu sekalian terhadap hasad (dengki), karena sesungguhnya hasad akan memakan habis seluruh kebaikan sebagaimana api melalap habis kayu bakar" (HR Abu Daud)
0 comments Filed Under: Islam Kontemporer
Email Dari Rasul
0 comments Filed Under: Siroh dan Kisah Inspiratif
Dua Kelompok Ulama
Pertama, Pemelihara Hadis
Kelompok ulama yang pertama adalah para pemelihara hadis yang menjaga, memelihara, mengamalkannya, dan para pemimpin yang merupakan imam-imam dan pemuka-pemuka Islam. Mereka adalah yang memelihara fondasi-fondasi agama dan ajaran-ajarannya. Mereka menjaganya dari penyelewengan dan perubahan isinya, sehingga orang yang mendapat kebaikan dari Allah bersih dari kehinaan dan tidak mengalami perubahan dengan menyusupnya pendapat individu. Mereka mengeluarkan "mata air" yang menjadi tempat minumnya hamba-hamba Allah.
Mereka adalah golongan yang disebutkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal di dalam khotbahnya yang terkenal dalam penolakannya terhadap golongan Zindiq dan Jahmiyah, "Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan pada setiap zaman pewaris-pewaris para rasul dari ahli ilmu yang menyeru orang yang sesat ke jalan yang lurus, mengajak bersabar atas derita yang menimpanya, menghidupkan orang yang mati dengan kitab Allah, dan memberikan penerangan dengan cahaya Allah kepada orang yang buta. Berapa banyak orang yang telah memerangi iblis dihidupkan, berapa banyak orang yang sesat mendapatkan petunjuk, alangkah baiknya jejak mereka, dan alangkah buruknya jejak orang-orang yang menyimpang dari mereka! Mereka juga menghilangkan penyelewengan orang-orang yang berlebihan terhadap kitab Allah dan pengrusakan orang-orang yang sesat, takwil orang-orang yang bodoh (jahil), yang mengibarkan bendera bidah dan menyebarkan fitnah. Mereka adalah golongan yang menyimpang dari kitab Allah danmenentangnya, bersepakat untuk meninggalkan kitab Allah. Mereka mengatakan tentang Allah dankitabnya tanpa dasar ilmu, berbicara dengan ucapan-ucapan yang tidak jelas maknanya, danmemperdayai orang-orang yang bodoh dengan apa yang mereka umpamakan. Maka, kami berlindung kepada Allah dari fitnah dan bencana akibat orang-orang yang menyesatkan tersebut."
Kedua, Ahli Fikih
Kelompok ulama yang kedua adalah ahli fikih (ahli hukum Islam) dan para mufti (pemberi fatwa). Perkataan mereka menjadi tempat kembali manusia dalam menyelesaikan beberapa persoalan, yang mengkhususkan mengambil kesimpulan suatu hukum dan ketentuan yang harus diikuti, serta memperhatikan ketetapan dan kebenaran kaidah-kaidah halal dan haram.
Kedudukan mereka di bumi bagaikan bintang-bintang di langit. Dengan keberadaan mereka, orang-orang yang bimbang dalam kegelapan mendapatkan petunjuk dan kebutuhan manusia kepada mereka lebih besar daripada kebutuhan manusia akan makanan dan minuman, ketaatan kepada mereka lebih wajib daripada ketaatan kepada ibu dan ayah sesuai dengan nas (teks) kitab Allah yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (An-Nisaa': 59).
Menurut Ibnu Abbas salam salah satu riwayatnya, Jabir bin Abdullah, Hasan al-Bashri, Abul Aliyah, Atha' bin abu Rabah, Dlahak, dan Mujahid dalam salah satu riwayatnya, "ulil amri" adalah para ulama. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Imam Ahmad dalam salah satu riwayatnya. Abu Hurairah dan Ibnu Abbas dalam riwayat lain, Zaid bin Aslam, As-Sadi, dan Muqatil, serta riwayat lain dari Ahmad mengatakan bahwa "ulil amri" adalah para penguasa (al-umaraa).
Ketaatan kepada Penguasa Mengikuti Ketaatan kepada Ulama
Para penguasa hanya dapat ditaati apabila mereka memerintah berdasarkan tuntutan ilmu (pengetahuan), sehingga ketaatan kepada mereka mengikuti ketaatan kepada para ulama, karena ketaatan tersebut hanya pada kebaikan dan apa-apa yang diwajibkan berdasarkan pengetahuan. Demikian pula halnya bahwa ketaatan kepada ulama mengikuti ketaatan kepada Rasulullaha saw., maka ketaatan kepada para penguasa mengikuti ketaatan kepada para ulama, dan juga karena tegaknya Islam terletak pada dua kelompok ini, yakni para penguasa dan para ulama.
Semua manusia mengikuti mereka dan kebaikan alam semesta terletak pada kebaikan kedua kelompok tersebut, dan kerusakannya terletak pula pada kerusakan keduanya, seperti dikatakan oleh Abdullah bin al-Mubarak dan lain-lain dari golongan salaf, "Ada dua kelompok manusia, apa bila keduanya baik, manusia akan menjadi baik, dan apabila keduanya rusak, manusia pun akan menjadi rusak, keduanya adalah para penguasa (raja) dan para ulama." Abdullah bin al-Mubarak juga bersenandung:
Aku melihat dosa-dosa mematikan hati
Meninggalkan dosa adalah hidupnya hati
berpaling dari dosa adalah lebih baik bagimu
Tidakkah agama rusak, kecuali oleh para penguasa (raja)
dan penyebar keburukan adalah para ahli agama!
Jadi, alangkah buruknya jika para pemimpin kaum muslimin itu adalah orng-orang yang buruk dan ulama-ulama yang ada adalah ulama-ulama yang jelak.
0 comments Filed Under: Siroh dan Kisah Inspiratif