Memaknai "Lezatnya" Shalat Kita

Posted on Selasa, 30 Agustus 2011 by Ikhsan Nugraha


Shalat, merupakan kewajiban seorang muslim kepada rabbnya yang merupakan salah satu dari rukun islam. Ibadah ini pertama kali diperintahkan kepada Rasulullah SAW ketika perjalanan Isra Mi’raj beliau.
Shalat merupakan ibadah yang cukup ringan, bisa dibilang begitu. Karena pelaksanaanya hanya 5 kali dalam satu hari satu malam. Padahal dahulu perintahnya sampai 50 kali lho.. tapi meskipun hanya segitu banyak umat muslim yang lalai dalam menjalankan kewajibannya tersebut.

Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.”(Q.S Al-Ankabut : 45)
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.  (Q.S. Al-Baqarah :110)
Saudaraku, coba sesekali waktu atau bahkan setiap waktu, khususnya seusai shalat, kita layak mengajukan pertanyaan kepada diri kta sendiri : Apakah shalat yang kulakukan menjadi belenggu anggota tubuh, penjara hati, beban jiwa, perampas waktu dan penghambat pekerjaan, ataupun aku melakukannya tanpa ada satupun hal-hal itu, sehingga shalat menjadi kesenangan hati dari segala kepenatan hidup? Apa kala mendirikan shalat tersebut kita merasakan suatu kenikmatan dan kelezatan yang tak terkira, atau justru sebaliknya?
Kata shalat disebutkan di dalam Al-Qur’an dengan penyertaan kata iqamah,yang berarti menegakkan. Dengan kata lain shalat benar-benar sangat urgent, yang sebenarnya bukan bagi Dzat yang disembah tapi bagi hamba yang mengerjakannya.
Saudaraku, jika kita kembali menelaah lebih dalam sebenarnya ketika kita memahami makna shalat akan banyak sekali hal yang bisa kita petik hikmahnya. Ketika saya membaca buku yang berjudul “Lezatnya Shalat” karangan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah maka disana akan terlihat bahwa sebenarnya disetiap gerakan dan bacaan shalat yang kita lakukan setiap hari terdapat banyak makna dan pelajaran yang bisa kita ambil hikmahnya. Contohnya ketika seorang hamba sedang melakukan gerakan sujud, maka sesungguhnya itu adalah suatu kondisi dimana dia berada sangat dekat dengan tuhannya. Pertanyaannya sekarang apakah kita sudah bisa merasakan dan memaknai setiap gerakan dan bacaan shalat yang kita lakukan? Ataukah hanya sekedar gerakan2 biasa tanpa arti yang mungkin kita lakukan hanya sebatas memenuhi kewajiban saja? Kitalah yang bisa menilainya sendiri..
Yang pasti, kesenangan Rasulullah dijadikan di dalam shalat, dan bukan dengan shalat. Artinya, kesenangan itu dapat terasakan jika beliau sudah masuk dalam shalat dan bukan sekedar dengan shalat. Bahkan jika kepenatan dan keletihan itu memuncak,beliau memerintahkan bilal untuk mengumandangkan adzan dan iqamah tanda akan didirikannya shalat, karena dengan shalat dapat membuat beliau beristirahat dalam keletihan tersebut.
Yang pasti kawan, shalat sangat gampang kita laksanakan, tetapi untuk khusyuk dalam shalat dan memaknai setiap gerakan shalat sangat sulit dilakukan oleh umat muslim saat ini. Kelezatan shalat yang dirasakan oleh Rasulullah dan umat2 terdahulu mungkin sudah jarang kita rasakan di zaman ini. Mari kita berdoa kepada Allah Azza Wa Jalla untuk selalu diberi kemudahan dalam segala aktifitas ibadah yang kita lakukan. (Ikh)
  

0 Responses to "Memaknai "Lezatnya" Shalat Kita":