Berhijab bukanlah Perhiasan

Posted on Jumat, 03 Agustus 2012 by Ikhsan Nugraha

Fenomena yang saya rasakan saat ini memang cukup menarik kalau kita cermati. Adanya istilah jilbab trendy atau jilbab gaul atau jilbab fungky atau apalah sekarang menjadi sebuah trend baru yang menyebar dikalangan para saudari-saudari kita terutama anak-anak muda zaman sekarang. Bahkan di kampung saya, (baca : Kalimantan Timur), sampai ada yang membuat sebuah komunitas  yang dinamakan “Komunitas Jilbab Trendy”. Memang tidak salah sobat, bahkan ini bisa jadi sebuah sarana syiar yang baik untuk para pemudi kita untuk bisa menggunakan jilbab, karena banyak sekali yang masih enggan menggunakan jilbab lantaran alasan tidak gaul lah, atau tidak mengikuti perkembangan zamanlah, atau karena belum siap, dll. Tapi sadarilah, bahwa berjilbab itu adalah syariat dari Allah SWT, jadi sebaiknya kita harus lebih berhati-hati dalam menjalankannya. Alih-alih menjalankan syariat, tapi malah kita bisa terjerumus kedalam dosa besar, Naudzubillah…


Berjilbab dengan tujuan menjalankan syariat, bukan untuk perhiasan

Saudariku, mari kita cermati kembali firman Allah SWT di bawah ini :
Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min:”Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 33:59)

Ayat di Q.S. Al-Ahzab diatas menjelaskan tentang kewajiban bagi seorang wanita untuk menggunakan jilbab. Jilbab adalah pakaian luar wanita semacam mukena/rukuh, yang dikenakan dari atas menutupi sebagian besar tubuh wanita tersebut. Oleh karena itu perintah berjilbab adalah wajib karena disyariatkan. Nah, untuk menjalankan syariat tersebut tentunya kita harus bersungguh-sungguh dan berhati-hati. Fenomena sekarang yang kita lihat adalah jilbab dijadikan sarana tabaruj, atau perhiasan bagi kaum hawa untuk diperlihatkan kepada orang-orang. Padahal Allah SWT berfirman : 

Dan janganlah para wanita mukminat itu menampakkan perhiasan mereka. (QS. 24:31)
Atau ,

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu tabarruj. (QS. 33:33)

Tabarruj artinya: perbuatan wanita yang menampakkan perhiasannya, keindahan-keindahannya, dan segala yang wajib ditutupi, yang berupa perkara-perkara yang mendorong syahwat laki-laki”. Oleh karena itu, maka ketika keluar rumah, hendaklah para wanita memakai pakaian-pakaian yang tertutup dan berwarna tidak mencolok serta tidak memakai aksesoris-aksesoris yang mengundang perhatian dari kaum adam sehingga kita terhindar dari yang namanya tabaruj. 

Fenomena kedua adalah memakai jilbab tapi pada hakikatnya sama saja dengan tidak memakai jilbab, mari kita cermati hadist SAW di bawah ini :
Dua jenis (manusia) di antara penduduk neraka, sekarang aku belum melihat mereka: Sekelompok laki-laki yang membawa cemeti-cemeti, seperti ekor-ekor sapi, mereka memukul manusia dengannya. Wanita-wanita yang berpakaian, (tetapi) mereka telanjang. Mereka menjauhkan orang lain (dari kebenaran), mereka (sendiri juga) menjauhi (kebenaran). Kepala mereka seperti punuk onta yang miring. Para wanita ini tidak akan masuk sorga dan tidak akan mendapatkan bau sorga. Padahal baunya akan didapati dari jarak yang sangat jauh. (HR. Muslim, no: 2128)

Atau dalam riwayat juga diceritakan :     
  
Usamah bin Zaid berkata: “Rasulullah memberiku pakaian tebal buatan Qibthi (Mesir) di antara yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Maka aku pakaikan kepada istriku. Kemudian beliau bertanya: “Kenapa engkau tidak memakai pakaian buatan Qibthi itu?” Aku menjawab: “Aku pakaikan kepada istriku”. Maka beliau bersabda: “Perintahlah dia agar memakai pakaian rangkap di dalamnya, karena aku khawatir pakaian itu membentuk ukuran tulangnya”. (HR. Dhiya’ Al-Maqdisi; Ahmad; Al-Baihaqi; dihasankan oleh Al-Albani di dalam131).

Di antara penafsiran ulama terhadap sabda Nabi: “wanita-wanita yang berpakaian, (tetapi) telanjang”, yaitu mereka menutupi sebagian tubuhnya, tetapi menampakkan sebagian lainnya untuk memamerkan kecantikan. Atau mereka mengenakan pakaian yang tipis yang memperlihatkan warna kulitnya. Sehingga mereka itu berpakaian seperti lahiriyahnya, namun mereka telanjang karena tidak menutupi aurot. Oleh karena itulah Ibnu Hajar Al-Haitami menghitung perbuatan wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menampakkan warna kulitnya termasuk dosa besar! (Az-Zawajir 1/127, 129). Adapun pula kita diharuskan memakai pakaian yang longgar dan tidak ketat karena berpakaian yang ketat sehingga memperlihatkan bentuk tubuh seperti wanita-wanita jahiliyah pada zaman dahulu. 

Nah, setelah setelah kita mencermati dua hal di atas, marilah kita sama-sama introspeksi diri kita masing-masing apakah kita telah menjalankan syariat dengan benar?? Berhati-hatilah dengan jilbab trendi, karena mungkin kita telah berusaha menjalankan syariat, tetapi malah kita terjerumus kedalam dua hal yang telah saya sebutkan diatas. Mari kita ubah mindset kita bukan jilbab trendy tetapi jilbab syar’I, hehe. Wallahu’alam.

 Contoh berjilbab..

0 Responses to "Berhijab bukanlah Perhiasan":