Kehidupan terus berputar. Terjerembab jangan membuat mata kita terus
sembab. Terpuruk tak berarti masa depan kita buruk. Terkadang kita
tergerus dosa, namun jangan sampai menjadi putus asa. Ibnul Qayyim dalam
kitab Madarijus Salikin mengutip ucapan salaf yang aneh terasa:
‘Adakalanya seorang hamba berbuat dosa, namun masuk surga. Dan
adakalanya seseorang mengerjakan ketaatan, namun masuk neraka’. Benar
demikian, dosa dan kemaksiatan yang diikuti dengan pertaubatan
sungguh-sungguh selalu melahirkan lompatan keimanan yang jauh lebih
tinggi dari sebelum berbuat dosa. Sementara ketaatan yang diikuti rasa
puas diri dan sikap jumawa akan menggerus pahala sampai titik nol yang
sia-sia. Kesedihan dan penyesalan akan sebuah kesalahan adalah hal yang
perlu, tapi berputus asa dan lemah semangat setelahnya adalah jauh dari
sikap mereka para tokoh kesatria nan mulia.
Mari kita belajar dari
sosok Nabi Sulaiman SAW, satu-satunya di dunia ini yang diberikan tiga
hal yang bahkan tidak diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Tiga hal
tersebut adalah kekayaan, kenabian dan kekuasaan. Namun tidak selamanya
kehidupan beliau berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Ada satu episode
kehidupan beliau yang bahkan dicatat dalam Al-Quran dan diperjelas
dalam As-Sunnah, yang memberikan pelajaran bagi kita tentang sikap
pertaubatan yang dahsyat.
Kisah ini termuat begitu lengkap dalam
kitab hadits Bukhari dan Muslim, bagaimana suatu ketika Nabi Sulaiman
begitu percaya diri mengumandangkan tekadnya: ‘Aku akan menggilir
sembilan puluh sembilan istriku semalaman, yang kesemuanya akan
melahirkan anak laki-laki yang berperang fii sabiilillah”. Ia merindukan
generasi yang hebat, maka sebuah tekad yang dahsyat pun dilantunkan.
Hanya saja pada waktu itu beliau tidak menambahkan kalimat ‘insya Allah”
(jika Allah SWT berkehendak). Seorang sahabat beliau telah
mengingatkan: “Ucapkan Insya Allah“. Namun beliau lalai dan tak
hati-hati, terlupa nasihat sang sahabat dan langsung menjalankan apa
yang ia tekadkan, menggilir istri-istrinya dalam satu malam.
Apa
yang terjadi kemudian adalah episode keterpurukan dan ujian bagi nabi
Sulaiman. Dari 99 istrinya tersebut, ternyata hanya seorang saja yang
melahirkan bayi dan itupun dalam keadaan cacat, digambarkan dalam hadits
sebagai “setengah manusia”. Maka orang-orang pun meletakkan bayi itu di
atas kursi Sulaiman, dan melihat hal tersebut Nabi Sulaiman pun
terpuruk, bersedih mengingat ucapannya terdahulu. Inilah yang
digambarkan dalam surat Shad ayat 34 Allah SWT berfirman mengisahkan:
“dan Sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan dia
(anaknya) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah cacat)
kemudian ia (Sulaiman) bertaubat. Bahkan Rasulullah SAW pun menambahkan
saat menceritakan kisah ini, sekiranya ia (Sulaiman) mengucapkan insya
Allah, niscaya setiap istrinya akan hamil dan melahirkan seorang anak
yang akan berjuang di jalan Allah.
Dalam semangat yang begitu
hebat untuk melahirkan generasi pejuang, nabi Sulaiman lalai dan
diingatkan oleh Allah SWT. Bagi sebagian orang ini adalah kelalaian yang
sangat teknis dan sederhana, namun ternyata dibalik yang kecil itulah
tersimpan cara dan hikmah Allah SWT menguji dan membesarkan nabi
Sulaiman. Apa yang terjadi setelahnya? Nabi Sulaiman pun bertaubat,
beliau meminta ampunan sekaligus penyesalan yang mendalam di hadapan
Allah SWT. Namun itu tidak disertai kesedihan yang bertalu-talu, ataupun
rasa putus asa yang menggurita dalam dada, justru sebaliknya Sulaiman
tahu ia sedang diuji. Maka ia pun bertaubat dengan mengajukan permohonan
yang lebih dahsyat dari yang ia capai sebelumnya. Sebuah istighfar
segera disusul dengan proposal untuk mendapatkan kerajaan terbesar yang
pernah dikenal dalam sejarah manusia. Dengan jelas lisan Sulaiman
berujar: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan
yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Pemberi“ (Shad:34-35)
Subhanallah, taubat yang
melahirkan semangat dahsyat. Dalam taubatnya nabi Sulaiman terus
melanjutkan cita, bahkan ia mempunyai target yang lebih kuat, lebih
besar, dari yang ia miliki sebelumnya. Sebuah kerajaan yang akan
senantiasa dikenang dalam sejarah tentang kebesaran dan kekuasaannya.
Maka Allah SWT pun memberikan kepada Sulaiman apa yang ia cita-citakan.
Angin pun dalam genggaman, para jin tunduk di hadapan, bahkan
penguasa-penguasa negeri lain siap bergabung dalam keislaman.
Pelajaran
besar terpatri dalam hati, mari kita bertaubat layaknya Nabi Sulaiman.
Sebuah pertaubatan yang akan menjadi hentakan sejarah, untuk mencapai
kemenangan dan kejayaan jauh lebih besar dari yang kita capai pada hari
ini.
Semoga bermanfaat dan salam optimis.
0 Responses to "Inspirasi Taubat Pelecut Semangat":
Posting Komentar